Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Penguatan SDM Pariwisata Kunci Utama Capai Target Pariwisata 2025

Penguatan SDM Pariwisata Kunci Utama Capai Target Pariwisata 2025 Kredit Foto: Dok. Kemenpar
Warta Ekonomi, Jakarta -

Penguatan sumber daya manusia (SDM) pada sektor pariwisata, termasuk profesi housekeeping merupakan kunci utama untuk mencapai target pariwisata tahun 2025.

Wakil Menteri Pariwisata Ni Luh Puspa menegaskan housekeeping berperan penting dalam menentukan kualitas pariwisata Indonesia. Ini disampaikannya pada sambutan dalam acara International Housekeepers Conference & Exhibition (IHCE) 2025 di Discovery Kartika Plaza Hotel, Bali.

Baca Juga: Tak Teraliri Listrik, Sebagian Wilayah Indonesia Masih Gelap! Kementerian ESDM Butuh Dana Rp50 T

Wamenpar menyampaikan housekeeping kerap kali bekerja di balik layar, namun kehadirannya justru menjadi wajah utama dalam memberikan kenyamanan dan pengalaman yang berkesan bagi wisatawan. 

"Mereka inilah yang menentukan bagaimana experience yang dirasakan oleh wisatawan ketika tiba di satu hotel. Mereka ini yang menentukan apakah wisatawan itu akan repeat order di hotel itu atau tidak. Jadi, bukan hanya bicara soal menjaga kebersihan, tapi housekeeping ini, menjaga seluruh ekosistem yang ada di hotel," kata Wamenpar Ni Luh Puspa, dikutip dari siaran pers Kemenpar, Senin (30/6).

Profesi housekeeping, lanjutnya, punya kontribusi langsung terhadap reputasi dan daya saing destinasi. Karena itu, penguatan SDM pariwisata menjadi salah satu kunci pencapaian target pariwisata tahun 2025, termasuk kontribusi PDB 4,6 persen, devisa sebesar USD 19–22,1 miliar, serta target 1,08 miliar pergerakan wisatawan nusantara dan 14,6–16 juta wisatawan mancanegara.

Dalam mewujudkan target tersebut, penguatan SDM pariwisata yang kompeten dan profesional menjadi kunci utama. Oleh karena itu, jumlah tenaga kerja sektor pariwisata juga ditargetkan meningkat hingga 25,8 juta orang, yang mencakup peningkatan kapasitas, kualitas layanan, dan penguatan budaya kerja di seluruh rantai pasok pariwisata.

"Mudah-mudahan kita semua bisa saling support satu sama lain untuk bisa mencapai target tersebut. Karena ketika target itu tercapai tentu multiplier effect-nya akan dirasakan tidak hanya di industri perhotelan tetapi juga industri atau sektor non-formal lainnya," ujar Wamenpar.

Kementerian Pariwisata telah mengembangkan pelatihan yang tidak hanya fokus pada keterampilan teknis, tetapi juga pada penguatan soft skills, termasuk pelatihan kecerdasan emosional (emotional intelligence), manajemen stres, dan kepemimpinan.

"Program pelatihan ini diberikan melalui kerja sama dengan industri dan pemerintah daerah. Tentu saja, kami percaya bahwa kecerdasan emosional itu bukan hanya menjadi kebutuhan satu individu, tetapi ini merupakan aset penting bagi industri," kata Wamenpar Ni Luh Puspa.

Kementerian Pariwisata juga telah menetapkan pengembangan pariwisata berbasis SDM unggul dan berkelanjutan sebagai bagian dari Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional (RIPARNAS). Di dalamnya, profesi housekeeping bukan lagi sekadar fungsi pendukung, tetapi menjadi bagian inti dari rantai nilai pariwisata.

Dalam kesempatan itu, apresiasi disampaikan Wamenpar Ni Luh Pupsa atas inisiasi Indonesian Housekeepers Association (IHKA) Bali yang membuka IHCE sebagai ruang strategis untuk bertukar pengetahuan, pengalaman, dan praktik baik di bidang housekeeping. IHCE juga menjadi katalisator penting dalam membangun budaya kerja yang berkelanjutan dan berdaya saing di sektor pariwisata, khususnya perhotelan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Editor: Ulya Hajar Dzakiah Yahya

Advertisement

Bagikan Artikel: