AI Curi Data Sana-sini, Minimnya Kompensasi dan Royalti Jadi Sorotan BRICS
Kredit Foto: Reuters/Wu Hong
BRICS menyerukan perlindungan terhadap penggunaan kecerdasan buatan (AI) yang tidak sah, serta mendesak adanya mekanisme pembayaran yang adil untuk data dan konten yang digunakan dalam melatih model AI.
Dilansir dari Reuters, Selasa (8/7), BRICS memiliki salah satu agenda utama yang pembahasan terkait regulasi dan etika dalam perkembangan teknologi AI.
Baca Juga: Wujudkan Generasi Emas, AIA Dorong Para Pelajar Terapkan Gaya Hidup Sehat
Pihaknya mendorong agar negara-negara berkembang memiliki hak yang lebih besar atas data mereka dan mendapat kompensasi yang layak jika data atau konten dari wilayah mereka digunakan dalam pelatihan model dari AI.
BRICS dengan ini menyuarakan kekhawatiran negara berkembang atas kesenjangan teknologi dan ketimpangan manfaat ekonomi dari perkembangan pesat teknologi kecerdasan buatan.
Diketahui, sejumlah perusahaan teknologi besar telah mendapat kritik global karena menolak membayar biaya hak cipta atau royalti untuk materi yang digunakan dalam pelatihan akal imitasi, seperti teks, gambar, dan suara dari sumber-sumber online.
Baca Juga: LG Electronics Indonesia Tour ke Surabaya, Kenalkan Produk AI dan IoT Lewat Life’s Good Truck
BRICS sendiri terdiri dari Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan. Kelompok tersebut terus berkembang dan memasukan beberapa negara berkembang yang mengkhawatirkan pengumpulan data berlebihan dan tidak berizin oleh perusahaan teknologi besar, yang sebagian besar berbasis di negara-negara maju.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement