Yen Tertekan Dolar, Efek Trump Tegaskan Rencana Tarif 25% untuk Jepang
Kredit Foto: Getty Images/Tomohiro Ohsumi
Nilai Yen Jepang melemah pada perdagangan Selasa (8/7). Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali menegaskan rencana untuk memberlakukan tarif atas barang-barang impor dari Jepang dan Korea Selatan di 1 Agustus 2025.
Dilansir dari Reuters, Rabu (9/7), Yen tercatat melemah terhadap dolar AS. USD/JPY naik 0,38% ke 146,625. Sementara itu, euro juga menguat terhadap yen, mencatat kenaikan 0,58% ke 171,980.
Baca Juga: Bursa Eropa Menguat, Investor Sambut Positif Penundaan Tenggat Tarif Trump
Trump telah mulai mengirimkan pemberitahuan tarif kepada sejumlah mitra dagang, termasuk negara pemasok besar seperti Jepang dan Korea Selatan. Namun, ia kemudian mengatakan terbuka untuk memperpanjang tenggat waktu jika negara-negara tersebut mengajukan proposal yang memadai.
Perdana Menteri Jepang, Shigeru Ishiba menyatakan akan terus melanjutkan negosiasi dengan mitra dagangnya tersebut guna mencapai kesepakatan dagang yang saling menguntungkan.
Kepala Strategi Pasar Corpay, Karl Schamotta menyebutkan bahwa pelaku pasar meyakini bahwa kedua belah pihak kemungkinan besar akan mencapai kesepakatan untuk menunda implementasi tarif, meski tetap menaikkannya secara bertahap.
“Meski ketidakpastian yang meningkat jelas akan berdampak pada investasi bisnis dalam waktu dekat, Trump diperkirakan hanya akan menaikkan tarif secara bertahap dan menghindari guncangan pasokan yang dapat merusak ekonomi domestik,” ungkap Schamotta.
Adapun Uni Eropa dilaporkan tidak akan menerima surat tarif dan diperkirakan dapat memperoleh pengecualian dari tarif dasar sebesar 10%. Ini menegaskan perbedaan nasib antara mitra dagang utama dari Amerika Serikat di Asia dan Eropa.
Kepala Riset Makro untuk Asia Mizuho, Vishnu Varathan mengatakan bahwa ketidakpastian kebijakan tarif membuat pasar ragu mengambil posisi tegas.
Baca Juga: Bursa Asia Kompak Menguat, Investor Masih Cerna Dampak Manuver Trump
“Ketidakpastian seputar tarif membuat pelaku pasar menunggu kejelasan lebih lanjut, sementara kekhawatiran inflasi membuat bank sentral cenderung menunggu hingga pertemuan bulan Agustus,” jelasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement