Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Menteri PPPA Ungkap Kekerasan Perempuan dan Anak Meroket pada Juni 2025

Menteri PPPA Ungkap Kekerasan Perempuan dan Anak Meroket pada Juni 2025 Kredit Foto: Wafiyyah Amalyris K
Warta Ekonomi, Jakarta -

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Arifah Fauzi mengungkapkan kekerasan perempuan dan anak meroket pada Juni 2025 berdasarkan data dari Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (SIMFONI PPA).

Hal tersebut disampaikannya saat melakukan pertemuan bersama Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Pratikno, beberapa waktu lalu.

Baca Juga: Kemen PPPA Tegaskan P2GP atau Sunat Perempuan Termasuk Kekerasan

Dalam pertemuan yang berlangsung di kantor Kemenko PMK tersebut, kedua menteri membahas berbagai isu strategis, dengan fokus utama pada penguatan upaya perlindungan terhadap perempuan dan anak dari berbagai bentuk kekerasan.

“Pada Januari–14 Juni 2025 terlaporkan sebanyak 11.850 kasus kekerasan dalam Sistem Informasi OnlinePerlindungan Perempuan dan Anak (SIMFONI PPA). Angka ini meningkat hingga lebih dari 13 ribu kasus pada 27 Juni 2025. Ini menunjukkan terjadinya darurat kekerasan di Indonesia. Kami meyakini, upaya penguatan perlindungan perempuan dan anak merupakan isu lintas sektor yang membutuhkan sinergi dan kolaborasi banyak pihak karena bersinggungan antara satu faktor dan faktor lainnya. Ini adalah proses panjang untuk dapat menguatkan perempuan dan anak di Indonesia,” ujar Menteri PPPA, dikutip dari siaran pers Kementerian PPPA, Rabu (9/7).

Menurut Menteri PPPA, salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya kekerasan, termasuk kekerasan seksual adalah pola asuh dalam keluarga, penggunaan gawai yang tidak bijak, dan lingkungan. 

“Hampir sebagian besar kekerasan terhadap anak — khususnya yang dilakukan oleh anak — merupakan hasil dari meniru konten di media sosial. Ditambah dengan tantangan masyarakat kita yang semakin abai. Melalui salah satu program Kemen PPPA, yaitu Ruang Bersama Indonesia kami mencoba mengikat kembali solidaritas dan empati masyarakat. Kami tidak ingin terus-menerus menjadi pemadam kebakaran ketika terjadi kekerasan. Karena itu, kami menilai pentingnya upaya pencegahan sejak dini, terutama dari lingkup keluarga, penggunaan gawai, hingga pengaruh lingkungan sekitar,” tutur Menteri PPPA.

Sejalan dengan hal tersebut, pada 2025, peringatan Hari Anak Nasional (HAN) akan diselenggarakan secara desentralisasi atau mendekatkan pada anak-anak di seluruh Indonesia. 

Pendekatan ini menitikberatkan pada pentingnya memberikan waktu luang berkualitas bagi anak-anak untuk bermain bersama orang tua tanpa menggunakan gawai. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Editor: Ulya Hajar Dzakiah Yahya

Advertisement

Bagikan Artikel: