Harga Emas Global Naik, Efek Pelemahan Dolar dan Imbal Hasil Obligasi AS
Kredit Foto: Antara/Ari Bowo Sucipto
Harga emas dunia menguat pada perdagangan di Senin (21/7). Hal ini terjadi seiring pelemahan dolardan penurunan imbal hasil obligasi pemerintah dari Amerika Serikat (AS). Selain itu, pasar juga menyoroti update negosiasi tarif jelang deadline di 1 Agustus 2025.
Dilansir dari Reuters, Selasa (22/7), berikut ini adalah catatan pergerakan harga dari sejumlah komoditas utama logam mulia global:
- Spot emas: naik 1,3% keUS$3.394,23.
- Emas berjangka: menguat 1,4% ke US$3.406,40.
- Perak: naik 2,1% ke US$38,99
- Platina: menguat 1,4% ke US$1.440,75
- Palladium: naik 2,1% ke US$1.266,04
Pelemahan indeks dolar membuat emas yang dihargakan dalam dolar menjadi lebih murah bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain. Sementara imbal hasil obligasi tenor sepuluh tahun juga menyentuh level terendah dalam lebih dari satu minggu.
“Dengan tenggat yang kian dekat, pasar menjadi tidak pasti dan itu jelas mendukung harga emas,” kata Direktur Perdagangan Logam High Ridge Futures, David Meger.
Uni Eropa membuat ketidakpastian meningkat menyusul rencananya untuk menerapkan serangkaian langkah balasan terhadap AS. Hal ini menyusul pesimisme bahwa kesepakatan dagang yang seimbang bisa tercapai dalam waktu dekat.
Dari sisi kebijakan moneter, para pelaku pasar kini memperkirakan kemungkinan 59% terjadinya pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed) di September.
Menteri Keuangan Amerika Serikat, Scott Bessent menyerukan evaluasi menyeluruh terhadap Federal Reserve. Hal ini turut memicu kekhawatiran pasar, terutama di tengah spekulasi penggantian dari Ketua The Fed, Jerome Powell.
“Semakin kuat pembicaraan tentang pemangkasan suku bunga lebih awal dari perkiraan, semakin besar pula dukungan terhadap harga emas,” ungkap Meger.
“Ketidakpastian dan ekspektasi suku bunga rendah adalah kombinasi ideal bagi emas," tambahnya Meger.
Baca Juga: Harga Emas Dunia Diprediksi Terus Menguat, Analis: Akan Menyentuh Level USD3.400
Emas dikenal sebagai aset lindung nilai terhadap ketidakpastian dan biasanya berkinerja baik dalam lingkungan suku bunga rendah.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement