Suksesnya Batik Keris, dari Produksi Rumahan di Solo Tahun 1920 hingga Punya Ratusan Gerai
Kredit Foto: Instagram/Batik Keris
Indonesia dikenal luas sebagai negeri penghasil batik dengan kekayaan motif dan teknik yang beragam. Di tengah banyaknya pelaku industri batik, Batik Keris muncul sebagai salah satu nama yang paling melekat di benak masyarakat.
Cikal bakal Batik Keris dimulai pada tahun 1920, saat Kwee Tiong Djing mendirikan usaha batik tulis rumahan di Jalan Nonongan, Solo, Jawa Tengah. Usaha ini awalnya berskala kecil, mengandalkan keterampilan tangan dan teknik tradisional. Namun, dari tempat sederhana itulah semangat melestarikan budaya dan menjunjung kualitas mulai tumbuh.
Tahun 1946 menjadi titik penting saat anak Kwee Tiong Djing, Kwee Som Tjok atau yang kemudian dikenal sebagai Kasom Tjokrosaputro bersama istrinya, Gaitini, mulai mengembangkan usaha ini secara lebih serius di Cemani, Grogol, Sukoharjo. Dari sinilah lahir merek dagang “Keris”, yang kelak menjadi salh satu ikon batik Indonesia.
Memasuki era 1970-an, Batik Keris mulai menunjukkan pertumbuhan pesat. Pada tahun 1970, usaha dagang ini resmi menjadi PT Batik Keris, yang menandai transformasi dari industri rumahan menjadi perusahaan profesional.
Pada 1974, untuk memastikan ketersediaan bahan baku yang stabil dan berkualitas, para pemegang saham mendirikan PT Dan Liris, perusahaan tekstil terintegrasi yang mencakup proses spinning, weaving, dyeing, hingga printing.
Setelah kepergian Kasom Tjokrosaputro pada Desember 1976, kepemimpinan perusahaan dilanjutkan oleh ketiga putranya, yaitu Handoko Tjokrosaputro, Handiman Tjokrosaputro, dan Handianto Tjokrosaputro. Mereka membawa Batik Keris ke level berikutnya dengan mengembangkan jaringan toko, memperluas lini produk, dan memperkuat posisi merek di industri fashion nasional.
Memasuki tahun 1990-an, Handianto Tjokrosaputro mengambil alih kepemimpinan dan menjalankan perusahaan dengan semangat modernisasi. Ia berhasil membawa Batik Keris tumbuh besar hingga mempekerjakan ribuan karyawan, sekaligus memperkuat ekspansi toko-toko Batik Keris ke berbagai kota besar seperti Jakarta dan Surabaya.
Setelah wafatnya Handianto pada Desember 2018, tongkat estafet diteruskan oleh istrinya, Lina Handianto Tjokrosaputro, bersama Michelle Tjokrosaputro, generasi ketiga yang telah menjabat sebagai CEO sejak 2004. Di bawah kepemimpinan generasi baru ini, Batik Keris memasuki era yang lebih dinamis dan inovatif.
Salah satu gebrakan yang menarik perhatian adalah peluncuran koleksi Batik Keris Disney, yang menggabungkan motif batik dengan karakter populer Disney untuk menjangkau segmen anak-anak dan remaja. Selain itu, Batik Keris aktif dalam promosi budaya lewat pameran, fashion show, sponsorship, serta kolaborasi seni pertunjukan.
Hingga kini, Batik Keris memiliki lebih dari 125 gerai di seluruh Indonesia dan telah melakukan ekspor ke Amerika Serikat dan Korea Selatan. Produknya tidak hanya terbatas pada kain batik, tetapi juga mencakup pakaian pria dan wanita, aksesori, tas, dan kerajinan tangan lainnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement