Agentic AI, Rekan Kerja Digital yang Tak Pernah Mengeluh dan Selalu Siaga
Kredit Foto: Istimewa
Bayangkan rekan kerja yang tak pernah mengeluh, selalu siap siaga siang dan malam, mampu belajar sendiri, dan bertindak proaktif demi menyelesaikan tugas terberat. Itulah gambaran singkat tentang agentic AI, sebuah kecerdasan otonom yang sedang merambah perusahaan-perusahaan di Indonesia. Berdasarkan survei The Future of Enterprise AI Agents yang dilakukan oleh Cloudera, sebanyak 79% organisasi di Indonesia telah mengadopsi agentic AI dalam dua tahun terakhir, dan 91% menyatakan investasi sebelumnya di generative AI mempersiapkan mereka untuk melangkah lebih jauh.
Angka‑angka tersebut menegaskan bahwa perusahaan Tanah Air tak lagi bermain-main di ranah uji coba; mereka mulai menerapkan agentic AI secara nyata demi menggenjot efisiensi, produktivitas, dan inovasi. “Agentic AI mempercepat penciptaan nilai di sejumlah industri kunci di Indonesia, khususnya retail, keuangan, manufaktur, dan telekomunikasi, di mana kompleksitas operasional yang tinggi bersinggungan dengan kesiapan digital yang terus meningkat,” ujar Sherlie Karnidta, Country Manager Indonesia, Cloudera, dalam sebuah wawancara khusus.
Berbeda dengan otomatisasi tradisional yang hanya menjalankan aturan statis, agentic AI berfungsi sebagai “rekan kerja digital” yang berorientasi tujuan. Ia tak hanya menunggu perintah, tetapi juga menalar, beradaptasi, dan mengambil inisiatif berdasarkan konteks. Bagi bisnis di Indonesia, di mana tantangan operasional kerap datang dari beban kerja transaksional yang tinggi dan sumber daya terbatas, agentic AI memungkinkan tim manusia melepaskan diri dari tugas-tugas repetitif. Mulai dari memantau infrastruktur TI dan mendeteksi anomali sebelum gangguan meluas, hingga menangani permintaan pelanggan dalam berbagai bahasa secara real time, agentic AI memastikan proses vital itu terus berjalan tanpa jeda.
Sherlie menyatakan agentic AI bukan lagi visi masa depan, ia sudah memberikan dampak yang terukur bagi perusahaan di Indonesia. Menurutnya, sudah banyak perusahaan telah melihat bagaimana agentic AI mempercepat proses pengambilan keputusan sekaligus mengurangi risiko kesalahan manusia. Di tengah ekonomi digital yang terus berkembang dan terfragmentasi, agentic AI menawarkan konsistensi dan skala tanpa menambah jumlah tenaga kerja secara signifikan.
Empat sektor utama di Indonesia, yaitu retail, keuangan, manufaktur, dan telekomunikasi, sudah merasakan manfaatnya. Di industri retail dan e‑commerce yang bergerak cepat, agentic AI membantu penetapan harga secara real time sesuai permintaan pasar, memantau rantai pasok dari hulu hingga hilir, serta memberikan interaksi personal kepada pelanggan. Lembaga keuangan dan asuransi memanfaatkan agentic AI untuk layanan investasi otomatis, deteksi penipuan, dan pemrosesan klaim, semua sambil memastikan kepatuhan terhadap hukum yang ketat. Di pabrik‑pabrik, AI ini diuji melalui pengujian software dengan presisi tinggi dan monitoring kualitas produksi. Sementara di sektor telekomunikasi, agentic AI menyederhanakan operasi jaringan, mengantisipasi gangguan sebelum pelanggan mengeluh, dan menyampaikan layanan personalisasi dalam skala besar.
“Agentic AI benar-benar memberikan nilai ketika diterapkan secara bertanggung jawab. Di sektor keuangan dan asuransi, sebagai contoh, kasus penggunaan teratas meliputi penasihat investasi (88%), pemrosesan klaim (80%), dan pencocokan properti (80%), semuanya menangani data pribadi dan keuangan yang sangat sensitif,” jelas Sherlie.
Namun implementasi agentic AI tidak hanya soal teknologi. Keberhasilan jangka panjang menuntut kolaborasi erat antara manusia dan mesin. Saat tugas rutin diambil alih oleh agentic AI, peran manusia bergeser ke ranah strategis: menafsirkan insight yang dihasilkan AI, menetapkan strategi berdasarkan data, dan memastikan pengawasan etis. Di Indonesia, kebutuhan akan talenta dengan keahlian literasi data, berpikir kritis, dan kepemimpinan adaptif semakin mendesak. Perusahaan pun perlu berinvestasi dalam upskilling dan reskilling agar karyawan mampu bekerja berdampingan dengan AI.
“Di Indonesia, hal ini berarti adanya kebutuhan yang kian besar akan keahlian dalam literasi data, berpikir kritis, kolaborasi, dan kepemimpinan adaptif,” kata Sherlie. “Peran manusia akan semakin berpusat pada penilaian, kreativitas, dan inovasi, terutama dalam domain yang kompleks dan berdampak besar.”
Di balik kilau kemudahan agentic AI, tantangan tata kelola tak boleh diabaikan. Survei Cloudera mengungkap bahwa 56% pemimpin TI khawatir akan privasi data, dan 32% mencemaskan bias AI. Kebingungan penggunaan juga memperlambat adopsi. Seluruh responden IT mengaku agentic AI terasa sulit digunakan. Tak heran, organisasi kini menetapkan kerangka kerja yang mencakup audit bias, proses human‑in‑the‑loop, serta kontrol akses dan jejak audit transparan.
Cloudera menjawab kebutuhan ini dengan pendekatan “bring AI to the data” (bawa AI ke data). Alih-alih memindahkan data sensitif ke platform eksternal, model AI dijalankan langsung dalam lingkungan on‑premise atau cloud privat milik perusahaan. Strategi ini menurunkan latensi, memangkas biaya infrastruktur, dan meminimalisir risiko pelanggaran hukum. Dengan tools low‑code/no‑code, layanan AI Inference, dan AI Studio, perusahaan dapat mendirikan agen AI secara aman dan masif, untuk menghasilkan insight secara real‑time, mematuhi hukum, dan menjaga kepercayaan pelanggan.
Di pasar di mana bisnis dihadapkan pada implikasi regulasi yang ketat dan persaingan global, agentic AI bukan lagi “cukup bagus,” melainkan krusial. Saat organisasi menggunakan AI sebagai pilar produktivitas dan inovasi, mereka tidak hanya bertransformasi secara teknis, tetapi juga menata ulang proses bisnis, budaya kerja, dan model organisasi. Ke depan, perusahaan-perusahaan di Indonesia yang sukses akan menjadi mereka yang menyelaraskan agentic AI dengan prioritas strategis, yaitu mencapai efisiensi biaya, meningkatkan pendapatan, dan membangun ketahanan di dunia yang bergerak kian cepat.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Sufri Yuliardi
Advertisement