Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bursa Asia Kompak Meroket, Pasar Soroti Data Ekonomi China

Bursa Asia Kompak Meroket, Pasar Soroti Data Ekonomi China Kredit Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
Warta Ekonomi, Jakarta -

Bursa Asia kompak meroket dalam perdagangan di Selasa (5/8). Investor saham menyoroti sejumlah kabar terbaru soal peluang pemangkasan suku bunga hingga data ekonomi terbaru dari China.

Dilansir dari CNBC International, Rabu (6/8), berikut ini adalah catatan pergerakan sejumlah indeks utama dari Bursa Asia:

  • Hang Seng (Hong Kong): Naik 0,68% ke 24.902,53.
  • CSI 300 (China): Naik 0,80% ke 4.103,45.
  • Shanghai Composite (China): Naik 0,96% ke 3.617,60.
  • Nikkei 225 (Jepang): Naik 0,64% ke 40.549,54.
  • Topix (Jepang): Naik 0,70% ke 2.936,54.
  • Kospi (Korea Selatan): Naik 1,60% ke 3.198,00.
  • Kosdaq (Korea Selatan): Naik 1,85% ke 798,60.

Federal Reserve (The Fed) Amerika Serikat (AS) diperkirakan kuat akan melakukan pemangkasan suku bunga di September 2025. Hal ini menyusul laporan ketenagakerjaan yang lemah yang menimbulkan kekhawatiran tentang prospek ekonomi dari Negeri Paman Sam.

Presiden The Fed San Francisco, Mary Daly mengatakan waktu untuk pemangkasan suku bunga semakin dekat. Ia mengutip situasi dimana semakin banyaknya bukti pasar tenaga kerja yang mendingin dan tidak adanya tekanan inflasi yang persisten akibat tarif dari AS.

Dari China, data ekonomi terbaru menunjukkan bahwa sektor jasa negara itu tumbuh menyusul naiknya permintaan asinsetelah rilis data swasta yang menunjukkan kenaikan dari Purchase Manager Index Jasa Umum Caixin China di Juli 2025.

Ia tercatat berada dalam angka 52,6  atau naik dari level terendah sembilan bulan pada sebelumnya yaitu 50,6. Ia juga melampaui ekspektasi pasar sebesar 50,4.

Baca Juga: Terjadi Transaksi Crossing Saham CUAN Milik Prajogo, Nilainya Rp1,45 Triliun

Angka itu menandakan ekspansi tercepat dalam sektor jasa sejak tahun lalu dengan bisnis baru tumbuh pada laju terkuat dalam setahun. Hal ini disinyalir didorong oleh peningkatan permintaan luar negeri yang kembali terjadi.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: