Marak Aplikasi Keuangan Digital, GS Community Genjot Literasi Lawan Hoaks
Kredit Foto: Istimewa
Ledakan aplikasi keuangan digital di Indonesia memicu kebutuhan literasi finansial yang semakin mendesak. Di tengah maraknya platform investasi dan trading kripto seperti 68EA, muncul kekhawatiran masyarakat terhadap misinformasi, hoaks, dan tuduhan miring yang tidak berdasar.
Merespons kondisi ini, GS Community Indonesia meluncurkan gerakan edukasi berbasis komunitas guna meningkatkan daya kritis pengguna.
Lonjakan peminat aplikasi investasi, terutama di kalangan muda, dipicu kemudahan akses, fitur otomatis, dan potensi keuntungan tinggi. Namun, di sisi lain, informasi yang beredar melalui media sosial kerap menyesatkan dan sulit diverifikasi.
Baca Juga: Pajak Kripto Diatur, OJK Siapkan Insentif untuk Platform Lokal
Istilah teknis seperti blockchain, trading bot, dan kontrak pintar banyak digunakan tanpa penjelasan yang memadai, memicu salah persepsi hingga munculnya tudingan terhadap platform digital sebagai skema ponzi, binary option terselubung, atau money game.
“Banyak orang bingung karena tidak tahu harus bertanya ke siapa. Di komunitas ini, kami belajar bareng dan saling bantu untuk pahami risikonya,” ujar Sharly, penggerak GS Community Indonesia, dalam pernyataan tertulis, Selasa (5/8/2025).
Melalui gerakan “Edukasi Finansial Pengguna 68EA untuk Lawan Hoaks & Bangun Literasi”, komunitas ini aktif menyelenggarakan diskusi daring, konten edukatif, serta forum tanya jawab mengenai aspek legalitas dan risiko keuangan digital. Mereka juga menanggapi tudingan negatif dengan pendekatan berbasis data dan klarifikasi terbuka.
Baca Juga: Analis Kripto Optimis Bitcoin Capai $135 Ribu
Selain kegiatan digital, GS Community menjalankan program sosial seperti donasi alat tulis, dukungan bagi lansia, dan workshop keuangan untuk masyarakat lokal. Komunitas ini menegaskan bahwa literasi keuangan adalah tanggung jawab kolektif.
Sharly menambahkan, komunitasnya menargetkan mencetak 1.000 edukator finansial dari berbagai latar belakang. “Satu-satunya cara menjawab tuduhan dan keraguan adalah lewat data, akal sehat, dan edukasi berkelanjutan. Bukan dengan promosi, bukan juga dengan serangan balik,” katanya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait:
Advertisement