Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Budaya, Sains, hingga Digitalisasi Bersinergi Hadirkan Invovasi Ekonomi Kreatif

Budaya, Sains, hingga Digitalisasi Bersinergi Hadirkan Invovasi Ekonomi Kreatif Kredit Foto: Dok. Kemenekraf
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kebudayaan, sains, teknologi, dan digitalisasi bersinergi menghadirkan inovasi ekonomi kreatif, yaitu insinerator tanpa asap dan sistem penjernihan air.

Inovasi teknologi ramah lingkungan di Center for Environmental Health of Pesantren (CEHP), Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM), Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (UNUSA), Surabaya tersebut dinilai potensial untuk dikembangkan di sektor ekonomi kreatif.

Baca Juga: Sektor Pariwisata Berkontribusi Sangat Besar pada Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal II 2025

Hal ini disampaikan Menteri Ekonomi Kreatif Teuku Riefky Harsya saat meninjau inovasi tersebut pada Senin (4/8/2025).

“Industri kreatif lahir dari sentuhan riset dan inovasi berbasis budaya maupun desain. Inovasi seperti insinerator dan pemurni air ini dapat masuk dalam klaster teknologi berbasis media maupun digital,” ujar Menteri Ekraf, dikutip dari siaran pers Kemen Ekraf, Rabu (6/8).

Produk Incinerator Technology milik UNUSA dirancang sebagai alat pembakar sampah ramah lingkungan tanpa asap, sehingga tidak mencemari udara maupun lingkungan sekitar. Sementara UNUSA Water merupakan sistem penyaring air berbasis teknologi filtrasi, adsorpsi, dan disinfeksi bakteri menggunakan sinar UV, yang mampu mengolah air dari selokan, sungai, rawa, hingga sumur menjadi air layak pakai. Kedua inovasi ini menjadi contoh konkret kolaborasi antara riset, teknologi, dan kebutuhan masyarakat dalam mendukung pembangunan berkelanjutan.

Menteri Ekraf mengatakan pentingnya pemetaan subsektor ekonomi kreatif berbasis fungsinya baik terhadap lingkungan, kesehatan, maupun kebutuhan masyarakat untuk memperjelas dampak dan pengembangannya. Menteri Ekraf juga menyoroti pentingnya kolaborasi melalui pendekatan hexahelix yang melibatkan enam unsur: pemerintah, pelaku usaha, akademisi, komunitas, media, dan lembaga keuangan.

“Pelaku kreatif sering kali tidak memiliki aset fisik, tapi punya modal ide dan karya. Maka, lembaga keuangan harus mulai melihat nilai dari kreativitas. Inilah mengapa kami bangun jejaring dengan lebih dari 160 asosiasi kreatif dan mitra strategis lintas sektor untuk mendorong pembiayaan, promosi, hingga komersialisasi produk inovatif,” tegas Menteri Ekraf.

Menteri Ekraf juga menyampaikan bahwa Presiden RI Prabowo Subianto telah menempatkan ekonomi kreatif sebagai bagian penting dalam pembangunan nasional.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Editor: Ulya Hajar Dzakiah Yahya

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: