Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Lewat Strategi Deleveraging, Intiland (DILD) Berhasil Pangkas Utang Rp687 Miliar

Lewat Strategi Deleveraging, Intiland (DILD) Berhasil Pangkas Utang Rp687 Miliar Kredit Foto: Annisa Nurfitri
Warta Ekonomi, Jakarta -

PT Intiland Development Tbk (DILD) mencatat kemajuan signifikan dalam memperkuat kinerja dan fundamental finansial, salah satunya melalui penerapan strategi deleveraging yang dijalankan konsisten selama tiga tahun terakhir.

Direktur Utama Intiland, Archied Noto Pradono, mengungkapkan bahwa deleveraging menjadi strategi prioritas untuk efisiensi pembiayaan. Langkah ini dilakukan lewat pelunasan, pengurangan, atau refinancing pinjaman berbunga tinggi, serta divestasi aset non-core, sehingga beban keuangan menjadi lebih ringan.

“Turunnya jumlah utang ini mencerminkan keberhasilan upaya kami dalam mengelola kewajiban keuangan secara berkelanjutan dan memperbaiki struktur finansial perusahaan,” ujarnya, dalam keterangan tertulis, Jumat (8/8). 

Baca Juga: Intiland Bukukan Pendapatan Rp1,2 Triliun per Juni 2025, Segmen Kawasan Industri Jadi Penopang

Hingga 30 Juni 2025, total utang Perseroan tercatat Rp4,38 triliun, terpangkas Rp687 miliar atau 14 persen dibandingkan posisi 31 Desember 2022 yang mencapai Rp5,06 triliun. Penurunan utang ini diikuti turunnya beban bunga secara signifikan, yakni sekitar 16,7 persen dalam tiga tahun terakhir.

Dari Rp518,1 miliar di 2022, beban bunga susut menjadi Rp489,9 miliar di 2023, lalu Rp431,8 miliar di 2024. Per 30 Juni 2025, beban bunga tercatat hanya Rp176,3 miliar.

Archied menegaskan bahwa efisiensi biaya dan dorongan kinerja penjualan, terutama dari segmen kawasan industri yang menunjukkan permintaan tinggi, menjadi faktor kunci perbaikan ini.

Baca Juga: OJK Ungkap Utang Masyarakat di Pindar dan Paylater Kian Menggunung!

“Selain mendorong kinerja penjualan, fokus penting kami saat ini adalah menjalankan strategi deleveraging secara disiplin, mulai dari pelunasan, pengurangan, refinancing pinjaman berbunga tinggi, hingga divestasi aset non-core. Langkah ini akan memberikan dampak signifikan terhadap penurunan beban bunga dan penguatan struktur permodalan,” jelasnya.

Dampak positif juga terlihat pada perbaikan rasio keuangan. Rasio utang terhadap ekuitas (Debt to Equity Ratio/DER) terus menurun, dari 61,1 persen pada 2022 menjadi 58,5 persen di 2023, lalu 50,3 persen pada 2024, dan akhirnya 47 persen per semester I 2025. 

“Struktur keuangan yang lebih sehat akan meningkatkan nilai tambah Perusahaan dan meningkatkan daya saing dalam industri properti nasional," tandasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Belinda Safitri
Editor: Belinda Safitri

Advertisement

Bagikan Artikel: