- Home
- /
- Kabar Finansial
- /
- Bursa
Investor Ritel Mulai Masuk Bursa Karbon, Tandai Tren Baru di Pasar Hijau
Kredit Foto: Wafiyyah Amalyris K
Perdagangan karbon di Bursa Efek Indonesia (BEI) memasuki babak baru dengan hadirnya investor ritel. Hingga Agustus 2025, tercatat 26 perusahaan dan 12 individu aktif memperdagangkan unit karbon melalui platform IDXCarbon, menandai perluasan partisipasi publik dalam pasar karbon nasional.
Kepala Divisi Pengembangan Bisnis 2 BEI, Ignatius Denny Wicaksono, menyatakan kehadiran investor ritel menunjukkan peningkatan kesadaran masyarakat terhadap isu perubahan iklim sekaligus peluang investasinya.
“Kehadiran investor individu menjadi tren menarik. Artinya, kesadaran masyarakat terhadap isu perubahan iklim dan peluang investasinya mulai meningkat,” kata Denny dalam keterangannya, Senin (25/8/2025).
Baca Juga: Pasokan Terbatas, Harga Karbon RI Tertinggi di Asia Tenggara
Partisipasi individu umumnya dilakukan melalui produk carbon offset, yakni mekanisme yang memungkinkan pembeli mengimbangi emisi karbon dari aktivitas pribadi maupun bisnis. Skema ini memberi kesempatan masyarakat berperan langsung dalam mitigasi perubahan iklim sekaligus membuka potensi pasar baru di luar lingkup industri besar.
BEI menilai tren ini dapat berkembang pesat seiring bertambahnya proyek karbon yang tercatat di IDXCarbon. Saat ini, mayoritas pasokan berasal dari BUMN sektor energi dan pupuk. Adapun pipeline proyek baru, termasuk dari sektor kehutanan, masih menunggu proses validasi sebelum dapat diperdagangkan.
Denny menambahkan, partisipasi ritel dapat memperluas basis pasar karbon sekaligus mendukung transisi menuju ekonomi hijau. “Kami berharap perdagangan karbon tidak hanya menjadi arena korporasi besar, tetapi juga wadah partisipasi masyarakat luas,” ujarnya.
Baca Juga: Transaksi di Bursa Karbon RI Baru Rp29,6 Miliar, Regulasi Dinilai Masih Menghambat
Indonesia meluncurkan Bursa Karbon pada 2023 sebagai salah satu instrumen mendukung komitmen pengurangan emisi. IDXCarbon mencatat nilai transaksi Rp69,6 miliar hingga pertengahan 2025, dengan kontribusi signifikan berasal dari sektor energi. Masuknya investor ritel diharapkan dapat memperkuat volume perdagangan sekaligus meningkatkan likuiditas pasar karbon.
Seiring meningkatnya minat, tantangan yang dihadapi adalah memperbanyak proyek karbon domestik yang tersertifikasi dan memastikan integritas mekanisme perdagangan. Jika infrastruktur dan regulasi terus diperkuat, pasar karbon berpotensi tumbuh menjadi instrumen investasi berkelanjutan yang menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait:
Advertisement