Kredit Foto: Ist
2025 merupakan tahun yang sangat gemilang bagi PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) Persero. Mereka berhasil mencatatkan capaian tertinggi sepanjang sejarah perusahaan, baik dari sisi produksi maupun penjualan aluminium.
"Volume penjualan kami mencapai 276 ribu metrik ton, atau naik 26% dibanding 2023 dan sedikit di atas target RKAP," beber Head of Corporate Communication Inalum, Utrich Farzah belum lama ini.
Dari sisi produksi, kata Utrich, Inalim juga berhasil mencapai 274 ribu ton atau naik 28% dari tahun sebelumnya.
Adapun peningkatan produksi Inalum adalah dari 250 ribu ton pertahun menjadi, 274.230 ton.
Baca Juga: Irawan Sinaga: Anak Nelayan Jadi Pengusaha Kepiting Cangkang Lunak Berkat Bantuan Inalum
Utrich menjelaskan dalam rangka meningkatan kapasitas produksi aluminium dari 275 ktpa menjadi 900 ktpa, Inalum sedang menjalankan beberapa pengembangan perusahaan sebagaimana RJP Inalum tahun 2025-2029, yaitu :
- Penyelesaian / commissioning Pabrik Pemurnian Alumina / Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) fase-1 di Mempawah dengan kapasitas 1.000.000 ton alumina yang dikelola oleh PT Borneo Alumina Indonesia (BAI), anak perusahaan INALUM.
- Pengembangan SGAR fase-2 dengan kapasitas 1.000.000 ton alumina yang berlokasi disamping Proyek SGAR fase-1 dan pengembangan smelter aluminium Mempawah dengan kapasitas 600.000 ton yang berlokasi disekitaran SGAR.
- Inalum juga sedang melakukan pengembangan pabrik smelter aluminium di Kuala Tanjung melalui program optimalisasi dan modernisasi fasilitas eksisting. Diharapkan dengan program tersebut, INALUM dapat meningkatkan kapasitas produksinya hingga mencapai 300.000 ton.
Utrich mengatakan pencapaian ini didorong oleh beroperasinya proyek Pot Upgrading yang meningkatkan kapasitas produksi aluminium secara signifikan.
"Serta keberhasilan program efisiensi dan perbaikan proses bisnis yang mampu menekan biaya di bawah proyeksi RKAP," katanya.
Dengan demikian, lanjut Utrich, pendapatan PT Inalum juga tumbuh 32% dibanding tahun lalu, bahkan sedikit melampaui target tahun ini.
Harga jual rata-rata juga cukup kompetitif lebih tinggi 5,3% dari target, sejalan dengan tren kenaikan harga aluminium global.
Di tahun 2024 Inalum mencatatkan penjualan tertinggi sepanjang sejarah perusahaan yaitu 276.382 ton.
"Di tahun 2025, kami sangat optimistis. Per Mei, laba bersih kami tercatat 32% lebih tinggi dari target RKAP, meskipun sempat terdampak penurunan harga LME akibat kebijakan tarif dari AS," ujarnya.
Inalum juga berhasil menjaga kinerja operasional dan keuangan semester I tetap sejalan dengan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP), bahkan melampaui target RKAP di semester 1 tahun 2025 ini.
Kontribusi Inalum ke APBN dan APBD
Utrich menjelaskan dalam kurun waktu 5–10 tahun terakhir, kontribusi Inalum bagi Sumatera Utara sangat signifikan, baik dari sisi ekonomi, sosial, maupun lingkungan.
Pertama, dari sisi ekonomi dan lapangan kerja, Inalum adalah salah satu penyerap tenaga kerja terbesar di wilayah Asahan dan Batu Bara. Ribuan tenaga kerja lokal terlibat langsung di pabrik peleburan Kuala Tanjung maupun PLTA Sigura-gura dan Tangga.
"Selain itu, kami juga membuka multiplier effect bagi UMKM dan mitra usaha lokal yang menjadi bagian dari rantai pasok kami," katanya.
Kedua sisi kontribusi fiskal, yakni pajak dan PNBP yang disetor Inalum ikut memperkuat pendapatan negara dan daerah.
Sejalan dengan peningkatan produksi hingga 274 ribu ton aluminium pada 2024 dan penjualan 276 ribu ton, kontribusi kami terhadap penerimaan pajak dan PNBP juga terus meningkat.
Baca Juga: INALUM Pacu Ekonomi Sirkular, Limbah Jadi Sumber Ekonomi dan Penggerak Dekarbonisasi
Ketiga, lanjut Utrich, dari sisi sosial dan lingkungan, Inalum menanam 200 ribu pohon, mengurangi limbah B3 sebesar 16,8% YoY, serta meningkatkan belanja lingkungan hingga Rp43 miliar.
"Kami juga menjalankan program CSR di bidang pendidikan, kesehatan, pemberdayaan ekonomi masyarakat, dan infrastruktur desa di sekitar Danau Toba, Asahan, dan Batu Bara.
Kehadiran Inalum di Sumatera Utara bukan hanya menghadirkan industri aluminium berkelas dunia, tetapi juga memberi dampak nyata berupa lapangan kerja, investasi berkelanjutan, kontribusi pajak, dan program sosial-lingkungan yang bermanfaat langsung bagi masyarakat," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Khairunnisak Lubis
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement