- Home
- /
- New Economy
- /
- Energi
28,7 Juta kWh Bisa Dihemat, ESDM Dorong Industri Tekan Emisi dan Biaya Produksi
Kredit Foto: KESDM
Audit energi yang dilakukan Konsorsium Sustainable Energy Transition in Indonesia (SETI) bersama Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkap potensi penghematan energi industri hingga 28,7 juta kilowatt hour (kWh) per tahun.
Jumlah itu setara dengan konsumsi listrik lebih dari 25 ribu rumah tangga. Implementasi hasil audit diproyeksikan menekan biaya operasional hingga Rp10,3 miliar per tahun dan menurunkan emisi karbon sekitar 13.300 ton CO₂ per tahun.
Direktur Konservasi Energi Ditjen EBTKE Kementerian ESDM, Hendra Iswahyudi, menngatakan sebagian besar langkah efisiensi memiliki periode pengembalian investasi kurang dari tiga tahun, menjadikannya peluang nyata bagi industri.
Baca Juga: ESDM Tunggu Danantara untuk Tunjuk PLN Garap Proyek Waste to Energy
“Audit dilakukan di lima badan usaha dan temuannya, margin keuntungan perusahaan bisa meningkat signifikan. Ada juga potensi penghematan dan peluang mengimplementasikan teknologi efisiensi energi yang tepat,” ujar Hendra dalam keterangan tertulis yang diterima, Jumat (19/9/2025).
Kelima badan usaha bergerak di sektor industri prioritas pengurangan emisi karbon, yaitu pulp dan kertas, serta tekstil dan alas kaki. Audit dilakukan pada sistem produksi industri, termasuk boiler, air compressor, distribusi uap, kelistrikan, pendingin, motor atau pompa, ventilasi, pencahayaan, dan distribusi energi.
Menurut Hendra, langkah efisiensi ini meningkatkan daya saing industri sekaligus mendukung target iklim nasional. Efisiensi energi diproyeksikan menyumbang hingga 37% target penurunan emisi sektor energi pada 2030.
Pemerintah juga telah menerbitkan PP No. 33 Tahun 2023 tentang Konservasi Energi yang mewajibkan perusahaan melaksanakan audit energi secara berkala dan menjalankan rekomendasinya.
Baca Juga: Menko Airlangga Bahas Perdagangan RI-Uni Eropa dan Transisi Energi
Untuk menciptakan iklim industri yang lebih kompetitif dan tangguh, Hendra menyebut, semua harus menggunakan energi sebagai langkah pertama mengurangi biaya energi, meningkatkan produktivitas, dan daya saing industri secara keseluruhan.
"Salah satunya melalui Industry Lab di proyek SETI, yang merupakan kegiatan terpadu meliputi pemberian fasilitas audit energi kepada industri terpilih, matchmaking dengan badan usaha jasa konsultasi dan penyediaan teknologi, serta implementasi terhadap hasil audit,” jelas Hendra.
Johannes Anhorn, Lead Industry Decarbonization, GIZ Energy Programme Indonesia/ASEAN, menekankan pentingnya audit energi sebagai langkah awal mengidentifikasi peluang efisiensi.
“Kegiatan ini bukan akhir, melainkan bagian dari perjalanan panjang menuju dekarbonisasi sektor industri. Ke depan, inisiatif seperti katalog teknologi rendah karbon akan memberikan referensi praktis bagi industri untuk memilih solusi yang tepat,” kata Johannes.
Baca Juga: Indonesia Berencana Kembangkan Energi Angin Lepas Pantai
Audit energi dilakukan periode 6 Juni–1 Agustus 2025 dan merekomendasikan peningkatan kinerja sistem pendingin dengan teknologi cooling tower dan chiller modern, pemasangan variable speed drive (VSD) pada motor dan pompa, serta penerapan skema kontrak kinerja (performance contract) dengan ESCO. Hendra menegaskan implementasi rekomendasi perlu didukung kebijakan insentif, pembiayaan hijau, dan peningkatan kapasitas teknis internal.
“Melalui kolaborasi lintas pihak antara pemerintah, industri, penyedia teknologi, dan ESCO, hasil audit ini diharapkan dapat segera diterjemahkan ke dalam aksi nyata menuju industri yang hemat energi, kompetitif, dan rendah karbon,” pungkasnya
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Djati Waluyo
Editor: Djati Waluyo
Tag Terkait:
Advertisement