Kredit Foto: Sufri Yuliardi
PT Aneka Tambang Tbk (Antam) mengakui kebutuhan emas di dalam negeri jauh lebih besar daripada produksi perusahaan. Kondisi ini membuat Antam harus mengimpor emas dari luar negeri, termasuk Singapura dan Australia, untuk menjaga ketersediaan pasokan bagi masyarakat.
Direktur Utama Antam Achmad Ardianto menyebut, penjualan emas Antam pada 2024 mencapai 37 ton, sementara tahun ini targetnya ditingkatkan menjadi 43 ton. Padahal, produksi emas dari tambang Pongkor milik Antam hanya sekitar 1 ton per tahun.
“Persoalannya adalah tambang milik ANTAM, yang saat ini satu-satunya ada di Pongkor, itu produksinya cuma 1 ton setahun,” ucap Didi sapaan akrabnya di Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VI DPR RI, Senin (29/9/2025).
Baca Juga: Pecah Rekor Baru, Emas Antam pada Awal Pekan Ini Dijual Rp2.198.000 per Gram
Ia menjelaskan, Antam mengandalkan tiga sumber utama untuk memenuhi kebutuhan pasar. Pertama, emas hasil buyback masyarakat sekitar 2,5 ton per tahun. Kedua, pasokan dari perusahaan tambang lain di Indonesia yang memurnikan emas di fasilitas Antam.
Skema ini tidak selalu berjalan optimal karena perusahaan tambang tidak berkewajiban menjual ke Antam. Banyak yang memilih ekspor karena lebih fleksibel dari sisi harga, adanya bundling penjualan perak, dan beban pajak PPN 13 persen.
Padahal, kata Didi, potensi emas nasional yang ditambang mencapai sekitar 90 ton per tahun. Namun, tanpa aturan yang mewajibkan penjualan ke dalam negeri, pasokan domestik masih belum terjamin.
"Nah, oleh karena tidak ada kepastian ketersediaan di dalam negeri, Pak, artinya tidak ada kewajiban bagi perusahaan tambang yang menambang di Indonesia untuk menjual ke ANTAM dan B2B-nya tidak selalu menguntungkan bagi perusahaan tersebut untuk menjual kepada ANTAM emasnya saja," lanjutnya.
Baca Juga: Laba Bersih Loncat 240%, Ini Jurus Antam (ANTM) Jaga Momentum Pertumbuhan
Karena itu, opsi ketiga yang ditempuh adalah impor emas. Antam membeli emas dari perusahaan atau lembaga yang terafiliasi dengan London Bullion Market Association (LBMA), meliputi bullion bank, refinery, maupun trader internasional, khususnya di Singapura dan Australia.
"(Import dari Singapura itu berapa setahun?) Mungkin 30-an ton," ungkapnya.
Sinergi dengan PT Freeport Indonesia (PTFI)
Situasi mulai sedikit berubah pada 2025. Setelah smelter Freeport di Gresik beroperasi pada April, Freeport untuk pertama kalinya menghasilkan emas murni di dalam negeri. Antam kemudian menjalin kontrak dengan Freeport untuk menyerap seluruh produksi tersebut.
Menurut Didi, pada tahap awal produksi, Freeport diperkirakan bisa menghasilkan sekitar 9 ton emas hingga akhir 2025. Kapasitasnya kemudian dapat ditingkatkan menjadi 25–30 ton per tahun seiring berjalannya komisioning smelter.
Baca Juga: Finalisasi Perpanjangan IUPK Freeport Dijadwalkan Oktober, Pemerintah Tawar Saham 12%
"Sebenarnya pemerintah sudah lama kan, Pak, meminta mereka untuk buat smelter. Nah, sekarang smelternya sudah jadi, jadi setelah smelter yang di Gresik kemarin terjadi, Pak, jadi sudah tidak ada lagi konsentrat yang dibawa keluar," jabarnya.
Meski tambahan pasokan dari Freeport cukup signifikan, jumlah itu belum mampu menutup kebutuhan nasional.
Antam saat ini memiliki pabrik pemurnian emas di Pulogadung dengan kapasitas 40 ton per tahun. Kapasitas ini bakal meningkat seiring selesainya minting factory di Surabaya dengan kapasitas tambahan 30 ton per tahun.
Dengan beroperasinya fasilitas ini, total kapasitas pencetakan emas Antam berpotensi mencapai 70 ton per tahun, sehingga lebih banyak produk logam mulia bisa disalurkan ke masyarakat.
Baca Juga: Murah, RI Berpeluang Tambah Kepemiikan Saham Freeport di Atas 10%
"Jadi nanti dengan adanya minting factory di Surabaya ini, maka produksi kita akan menambah lagi 30 ton, sehingga totalnya menjadi bisa 70 ton satu tahun untuk mencetak kepingan-kepingan emas yang bisa dibeli oleh masyarakat Indonesia," tutupnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
Editor: Djati Waluyo
Tag Terkait:
Advertisement