Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ekspor Plywood RI 2025 Diproyeksikan Tumbuh 8%, Disokong Permintaan AS

Ekspor Plywood RI 2025 Diproyeksikan Tumbuh 8%, Disokong Permintaan AS Kredit Foto: Antara/Rizal Hanafi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Indonesia Eximbank Institute memproyeksikan kinerja ekspor plywood atau tripleks (HS Code 4412) meningkat pada 2025–2026, meski menghadapi tekanan di pasar global. Nilai ekspor pada 2025 diperkirakan tumbuh 8% secara tahunan (year-on-year/yoy), terutama ditopang permintaan stabil dari Amerika Serikat, Tiongkok, dan Malaysia.

Market Intelligence & Leads Management Chief Specialist Indonesia Eximbank, Rini Satriani, mengatakan tren positif diproyeksikan berlanjut pada 2026 dengan pertumbuhan sekitar 4% yoy, meskipun pasokan kayu bersertifikat masih menjadi kendala utama.

Berdasarkan data Indonesia Eximbank Institute, sepanjang Semester I-2025 ekspor plywood Indonesia tetap tumbuh di tengah pelemahan ekspor global. Nilai ekspor tercatat naik 3,86% cumulative to cumulative (ctc), sementara volume meningkat 3,45% ctc.

Baca Juga: Menteri Perdagangan Resmikan Ekspor Produk Susu FFI Cikarang ke Asia Tenggara

“Capaian ini terutama ditopang oleh permintaan dari Amerika Serikat, seiring pertumbuhan industri Recreational Vehicle (RV) yang mendorong penggunaan plywood untuk kebutuhan interior,” ujar Rini dalam keterangan tertulis yang diterima, Sabtu (4/10/2025).

Rini menilai daya saing plywood Indonesia masih terjaga karena harga dalam negeri relatif kompetitif di pasar global. Saat ini Indonesia menempati posisi eksportir plywood terbesar kedua dunia, bersaing ketat dengan Tiongkok, Vietnam, Brasil, dan Rusia.

Produk plywood Indonesia juga sudah terdiversifikasi ke lebih dari 85 negara dengan melibatkan sekitar 400 eksportir aktif, termasuk sekitar 20 eksportir berskala korporasi yang masing-masing mencatat nilai penjualan ekspor di atas Rp500 miliar per tahun.

Keunggulan Indonesia ditopang ketersediaan sumber daya kayu dan keberadaan sertifikasi SVLK (Sistem Verifikasi Legalitas Kayu) yang diakui secara internasional. “Faktor-faktor ini memberi stabilitas pada ekspor Indonesia meskipun permintaan di beberapa negara cenderung melemah,” kata Rini.

Baca Juga: Airlangga Buka Suara Soal Burden Sharing BI dan Kemenkeu

Meski demikian, tantangan tetap membayangi. Negara pesaing baru seperti Tanzania dan Kamerun mulai masuk ke pasar utama, sementara pasokan kayu bersertifikat terbatas akibat biaya kepatuhan SVLK yang tinggi. Beberapa pesaing juga menunjukkan tren ekspor lebih agresif.

Rini menekankan bahwa keberhasilan jangka panjang ekspor plywood Indonesia akan sangat bergantung pada kemudahan akses sertifikasi kayu, efisiensi biaya produksi, serta penetrasi pasar melalui perjanjian perdagangan internasional.

Dengan langkah tersebut, Indonesia berpeluang mempertahankan posisinya sebagai salah satu eksportir plywood utama dunia dengan pertumbuhan berkelanjutan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Djati Waluyo
Editor: Djati Waluyo

Advertisement

Bagikan Artikel: