Kredit Foto: Uswah Hasanah
PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) memperkuat strategi efisiensi dan transformasi operasional untuk menjaga daya saing di tengah perubahan perilaku konsumen dan dinamika pasar barang konsumsi cepat saji (FMCG).
Perusahaan juga meningkatkan investasi di bidang digitalisasi dan inovasi produk untuk memastikan pertumbuhan berkelanjutan.
Presiden Direktur Unilever Indonesia, Benjie Yap, mengatakan perusahaan terus melakukan penyesuaian strategi agar tetap relevan di pasar yang berubah cepat.
“Konsumen saat ini lebih selektif, sadar nilai, dan menuntut pengalaman yang lebih personal. Karena itu, kami bertransformasi agar dapat beroperasi lebih lincah, efisien, dan dekat dengan kebutuhan mereka,” ucap Benjie dalam konferensi pers kinerja kuartal III 2025, Kamis (23/10/2025).
Baca Juga: Kinerja Membaik, Unilever Bongkar Strategi Hadapi 2026
Benjie menjelaskan bahwa upaya efisiensi menjadi salah satu fokus utama perseroan sepanjang tahun berjalan. Melalui program “Fuel for Growth”, Unilever berhasil menekan biaya operasional hingga Rp720 miliar sejak awal 2025, terutama melalui optimalisasi rantai pasok, penghematan energi, dan digitalisasi proses distribusi.
“Efisiensi bukan berarti mengurangi investasi, melainkan mengalihkan sumber daya ke area yang menciptakan nilai lebih tinggi,” ujar Benjie.
Ia menegaskan, langkah efisiensi dilakukan tanpa mengorbankan kualitas produk maupun kepuasan pelanggan.
Dalam kerangka transformasi operasional, Unilever mempercepat penerapan teknologi digital untuk meningkatkan produktivitas dan akurasi pengambilan keputusan.
Integrasi sistem digital di pabrik-pabrik perseroan, imbuhnya, telah mengurangi waktu produksi hingga 15% dan menekan waste logistik sebesar 10%.
“Digitalisasi bukan hanya soal teknologi, tetapi juga perubahan cara kerja yang lebih kolaboratif dan responsif terhadap permintaan pasar,” kata dia.
Baca Juga: UNVR Catat Laba Bersih Naik 117%, Bos Unilever Bilang Gini
Selain efisiensi, perusahaan juga memperkuat inovasi produk dan model pemasaran guna menjangkau konsumen yang semakin beralih ke kanal daring.
Unilever mencatat bahwa kontribusi penjualan dari e-commerce naik menjadi 17% dari total penjualan per September 2025, meningkat dari 11% pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Selain itu, pihaknya mencatat bahwa peningkatan penjualan daring didorong oleh peluncuran produk baru di kategori home care, personal care, dan nutrition, yang dikembangkan berdasarkan analisis data digital.
“Kami memanfaatkan consumer insights berbasis data untuk menciptakan inovasi yang lebih relevan, baik dari sisi fungsi, kemasan, maupun nilai harga,” ujar Benjie.
Beberapa produk unggulan baru seperti Lifebuoy Herbal+, Sunlight Power Clean, dan Buavita Plus C diklaim sukses menjawab kebutuhan konsumen pasca-pandemi yang lebih peduli kesehatan dan kebersihan.
Benjie menambahkan, pola konsumsi masyarakat kini lebih dinamis dengan preferensi terhadap merek yang memiliki nilai keberlanjutan (sustainability value). Karena itu, Unilever terus memperluas produk ramah lingkungan dan mengurangi penggunaan plastik sekali pakai.
“Sebagai contoh, seluruh kemasan rinse refill kami kini sudah 100% dapat didaur ulang,” ujarnya.
Dalam jangka menengah, Unilever berkomitmen untuk terus memperkuat ekosistem digitalnya melalui kemitraan dengan platform e-commerce dan distributor lokal.
Langkah ini dilakukan agar perusahaan dapat merespons perubahan tren pembelian secara real-time sekaligus menjaga efisiensi rantai pasok.
Benjie menegaskan bahwa kombinasi efisiensi, inovasi, dan digitalisasi menjadi fondasi utama strategi pertumbuhan Unilever Indonesia ke depan.
“Kunci pertumbuhan bukan hanya menjual lebih banyak, tetapi bekerja lebih cerdas, memahami konsumen lebih dalam, dan berinovasi dengan cepat,” katanya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Annisa Nurfitri
Advertisement