Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Jurus Transformasi Pendidikan Mendikdasmen Abdul Mu’ti: Gerakan Numerasi Nasional dan Konsep STEM 3M

Jurus Transformasi Pendidikan Mendikdasmen Abdul Mu’ti: Gerakan Numerasi Nasional dan Konsep STEM 3M Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti menyoroti tren hasil Programme for International Student Assessment (PISA) Indonesia. Ia menegaskan perlunya transformasi dalam cara pandang terhadap pembelajaran Sains, Teknologi, Teknik, dan Matematika (STEM).

Menurut  Abdul Mu’ti, salah satu tantangan terbesar adalah mengubah persepsi bahwa bidang terkait merupakan hal yang sulit dan menakutkan bagi siswa di Indonesia

Baca Juga: XLSMART Bawa Revolusi Pendidikan Digital ke Indramayu Lewat Kelas Cerdas Digital dan Gerakan Donasi Kuota

“Kemendikdasmen telah menggulirkan Gerakan Numerasi Nasional. Sebuah gerakan yang membangun budaya numerasi sejak dini dengan cara yang menyenangkan agar anak-anak Indonesia tidak hanya terampil berhitung, tetapi juga memiliki kemampuan berpikir kritis, logis, dan adaptif dalam kehidupan sehari-hari,” ujarnya, dilansir Rabu (29/10).

Abdul Mu’ti juga memperkenalkan pendekatan STEM 3M. Ia merupakan pembelajaran untuk bidang terkait dengan konsep Mudah, Murah, dan Menarik.

“Kami mendorong Matematika mulai diajarkan sejak jenjang taman kanak-kanak (TK), lewat konsep dasar dan kegiatan bermain logika yang sederhana,” tegasnya.

Abdul Mu’ti juga memaparkan sejumlah tantangan utama pendidikan nasional yang tengah menjadi fokus pembenahan Kemendikdasmen.

“Tantangan pertama adalah pemerataan akses pendidikan, khususnya di daerah terluar yang masih menghadapi keterbatasan sarana dan tenaga pendidik. Kedua, kesenjangan mutu pendidikan antarwilayah, dan ketiga peningkatan kualitas lulusan dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMK),” jelasnya.

Kemendikdasmen dalam menjawab tantangan tersebut telah menetapkan beberapa program prioritas, antara lain revitalisasi 16.140 satuan pendidikan, percepatan perbaikan infrastruktur sekolah, serta digitalisasi pembelajaran melalui penyediaan Interactive Flat Panel (IFP), laptop, materi ajar digital, dan pelatihan guru.

Selain itu, peningkatan kompetensi guru dilakukan melalui Pendidikan Profesi Guru (PPG), peningkatan kualifikasi akademik, serta pelatihan terkait deep learning, coding, kecerdasan buatan (AI), dan bimbingan konseling.

“Secanggih apa pun teknologi, guru tetaplah agen peradaban. Karena itu, kualitas guru harus menjadi prioritas,” ujar Abdul Mu’ti.

Ia juga menegaskan pentingnya fleksibilitas dalam jalur pendidikan.

“Mengacu kepada Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, pembelajaran dapat ditempuh melalui tiga jalur: formal di sekolah, informal melalui komunitas, dan non-formal lewat program penyetaraan serta homeschooling. Saat ini, Kemendikdasmen telah memberikan perhatian khusus terhadap homeschooling,” tuturnya.

Menurutnya, pendidikan bukan hanya soal gedung sekolah, tetapi tentang memastikan setiap anak Indonesia mendapatkan akses belajar yang berkualitas.

“Kami ingin memastikan semua anak usia sekolah mendapatkan pendidikan bermutu, tanpa ada yang tertinggal,” tegasnya.

Terkait pendidikan kejuruan, Abdul Mu’ti memaparkan Program Pengembangan SMK Tahun 2025, yang mencakup sejumlah strategi, seperti Program SMK Pusat Keunggulan Skema Penguatan Pembelajaran Mendalam, Teaching Factory (TeFa), Proyek Kreatif dan Kewirausahaan, Penguatan Akses Kebekerjaan Luar Negeri, serta Sertifikasi Bahasa Asing dan Kompetensi Murid SMK.

“Pesannya jelas, yaitu menghasilkan lulusan SMK yang adaptif, kompeten, dan relevan dengan kebutuhan dunia kerja, industri, dan pasar global,” ujarnya.

Abdul Mu’ti menutup paparannya dengan menekankan bahwa keberhasilan pendidikan tidak bisa ditanggung pemerintah semata.

Baca Juga: Gandeng Persipu Academy, KB Bank Salurkan Beasiswa Pendidikan Sepak Bola dalam Momen Hari Sumpah Pemuda

“Pendidikan bukan hanya soal transfer pengetahuan, tetapi juga kolaborasi dalam membangun peradaban. Sekolah, keluarga, masyarakat, dan media harus bersinergi agar investasi jangka panjang menuju generasi emas 2045 benar-benar terwujud,” tandasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: