Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Industri Nikel Makin Tangguh, MIND ID Jadi Penopang Utama Hilirisasi Nasional

Industri Nikel Makin Tangguh, MIND ID Jadi Penopang Utama Hilirisasi Nasional Kredit Foto: Rahmat Dwi Kurniawan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Industri nikel Indonesia semakin menunjukkan ketahanan dan daya saing di tengah tekanan global. Di balik kinerja positif dua raksasa tambang nasional—PT Vale Indonesia Tbk (INCO) dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTAM)—terdapat peran strategis Holding Industri Pertambangan MIND ID dalam menjaga arah hilirisasi dan stabilitas industri.

Direktur Eksekutif Pusat Kajian Ketahanan Energi untuk Pembangunan Berkelanjutan (Puskep UI) Ali Ahmudi menilai, posisi industri nikel Indonesia kini jauh lebih kuat dibandingkan banyak negara pesaing. Hal itu didukung oleh besarnya cadangan, keberhasilan kebijakan hilirisasi, serta sinergi antarlini industri nasional.

“Industri nikel Indonesia semakin lama memiliki posisi yang cukup kuat dan tahan banting dibanding banyak kompetitor. Hal itu berkat cadangan yang besar, kebijakan hilirisasi, dan integrasi industri nasional,” ujar Ali kepada Warta Ekonomi, Selasa (4/11/2025).

Baca Juga: Vale Indonesia (INCO) Cetak Laba USD52,44 Juta, Produksi Nikel Tumbuh 4%

Ali menilai, peningkatan produksi yang ditorehkan ANTAM dan Vale pada kuartal III 2025 merupakan hasil kombinasi faktor jangka pendek seperti lonjakan permintaan baterai kendaraan listrik (EV) dan fundamental jangka panjang melalui kebijakan hilirisasi yang konsisten.

“Kenaikan produksi ANTAM dan Vale mencerminkan kombinasi antara faktor jangka pendek dan fundamental ekonomi yang lebih panjang,” jelasnya.

Sinergi Holding Perkuat Struktur Industri

Ali menambahkan, strategi MIND ID telah menciptakan struktur bisnis yang makin solid setelah sebelumnya kerap mengalami disharmoni antarsektor tambang.

“MIND ID sebagai holding company sangat strategis dalam menjaga stabilitas dan arah hilirisasi nasional. Tanpa peran ini, potensi industri akan lebih terfragmentasi dan sulit berkembang karena kerap muncul disharmoni dan kompetisi kurang sehat,” tandasnya.

Baca Juga: Pengamat : Hampir Semua Perusahaan Nikel RI Masih ‘Dirty Nickel’

Sinergi antar-entitas seperti ANTAM dan Vale dinilai telah berada di jalur yang benar menuju rantai pasok nikel terintegrasi dari hulu ke hilir. Meski begitu, Ali menilai proses penguatan masih perlu waktu agar industri nikel Indonesia benar-benar tangguh di tingkat global dan tahan terhadap gejolak eksternal.

Lonjakan Produksi dan Laba

Kinerja positif itu tercermin dari capaian produksi dan keuangan kedua anggota holding.
PT Vale Indonesia Tbk (INCO) mencatat kemajuan solid sepanjang kuartal III 2025. Produksi nikel dalam matte mencapai 19.391 metrik ton, naik 4% dibandingkan kuartal sebelumnya, dengan total produksi sembilan bulan pertama tahun ini 54.975 metrik ton, meningkat 4% secara tahunan. Produksi bijih nikel mencapai 12,55 juta WMT dengan penjualan 11,23 juta WMT, melonjak 97% YoY.

Sementara ANTAM berhasil memproduksi 13.309 ton nikel dalam feronikel (TNi) dengan penjualan 8.182 TNi. Dari sisi keuangan, penjualan bersih ANTAM melonjak menjadi Rp72,03 triliun, tumbuh 67% dibandingkan periode sama 2024, dengan laba bersih hampir tiga kali lipat menjadi Rp6,61 triliun.

Baca Juga: Sidang Sengketa Nikel PT Position dan PT WKM di Halmahera Timur, Ahli Beberkan Temuan Lapangan, Ahli Hukum Sarankan Penyelesaian Nonpidana

Pertumbuhan ini turut disokong oleh entitas asosiasi seperti PT Halmahera Persada Lygend (HPL) yang fokus pada hilirisasi nikel sulfat untuk bahan baku baterai EV. Selain itu, proyek Smelter Feronikel Halmahera Timur (P3FH) yang ditargetkan rampung 2026 akan menambah kapasitas produksi 13.500 ton nikel per tahun, memperkuat rantai nilai baterai nasional.

Efisiensi dan Risiko Pasar Global

Direktur Eksekutif Center of Energy Policy (CEP) M. Kholid Syeirozi menilai kinerja gemilang tersebut merupakan hasil sinergi antara efisiensi operasional dan kebijakan hilirisasi pemerintah.

“Kinerja tambang, termasuk ANTAM, tumbuh positif karena gabungan perbaikan operasi perusahaan dan ekosistem hilirisasi. Ada kenaikan penjualan berkat meningkatnya permintaan smelter setelah larangan ekspor ore,” ujar Kholid pada Warta Ekonomi, Selasa (4/11/2025).

Baca Juga: CNGR: Nikel Indonesia Sudah Kuasai Pasar Dunia

Namun ia mengingatkan, tantangan masih mengintai industri nikel akibat risiko oversupply global dan perubahan tren teknologi baterai.

“Industri nikel masih menghadapi risiko ketidakpastian global akibat oversupply yang menekan harga. Popularitas baterai LFP juga berpotensi menggerus pasar NCM. Ini bisa mengancam ambisi Indonesia menjadi pemain utama rantai pasok EV global,” jelasnya.

Untuk menjaga daya saing, Kholid menilai hilirisasi harus dikembangkan menuju industrialisasi berbasis nikel, bukan semata penjualan bahan antara.

“Arah hilirisasi perlu ditingkatkan menjadi industrialisasi, seperti pengembangan produk turunan stainless steel dan bahan kimia industri, agar Indonesia tidak hanya bergantung pada pasar baterai,” ujarnya.

Dua Proyek Strategis Vale Perkuat Hilirisasi

Vale juga terus memperkuat fondasi hilirisasi lewat dua proyek besar di Sulawesi. Proyek Pomalaa Block di Kolaka, Sulawesi Tenggara—bekerja sama dengan Huayou dan Ford Motor Company—ditargetkan menghasilkan 120 ribu ton nikel per tahun dalam bentuk mixed hydroxide precipitate (MHP), bahan utama baterai EV.
Sementara Proyek Bahodopi di Morowali, Sulawesi Tengah, berfokus pada produksi nickel pig iron (NPI) sekitar 73 ribu ton per tahun untuk mendukung industri baja tahan karat nasional.

Baca Juga: Sidang Sengketa Tambang Nikel di Halmahera Timur, Kuasa Hukum PT WKM Minta Dua Terdakwa Dibebaskan

Kedua proyek ini akan beroperasi penuh pada 2026–2027 dan menjadi bagian integral dari ekosistem hilirisasi MIND ID.

“MIND ID punya peran strategis sebagai agregator yang menyeimbangkan rantai pasok dan permintaan untuk menjaga siklus pasar. Holding tambang ini harus mampu mengantisipasi dua penyakit mekanisme pasar, baik oversupply maupun less demand,” pungkas Kholid.

Penopang Hilirisasi dan Transisi Energi

Dengan rantai bisnis terintegrasi mulai dari penambangan, pengolahan feronikel, hingga bahan baku baterai EV, MIND ID kini memainkan peran kunci dalam strategi hilirisasi nasional sekaligus mendukung transisi energi bersih Indonesia.

Keberhasilan ini menegaskan bahwa industri nikel bukan sekadar tumpuan ekspor komoditas, tetapi juga pondasi penting menuju kemandirian energi dan industrialisasi hijau di Tanah Air.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
Editor: Djati Waluyo

Advertisement

Bagikan Artikel: