Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Dukungan Kelembagaan Jadi Kunci Keberhasilan Pengembangan Wakaf di Sektor Pertanian

Dukungan Kelembagaan Jadi Kunci Keberhasilan Pengembangan Wakaf di Sektor Pertanian Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Gerakan wakaf produktif kembali menorehkan capaian bersejarah. Untuk pertama kalinya, Gerakan Wakaf Indonesia (GWI) menggelar Panen Raya Wakaf Produktif Pisang Cavendish di Kabupaten Tuban, Jawa Timur, Minggu (9/11/2025).

Dalam kegiatan tersebut, perwakilan Direktorat Pemberdayaan Zakat & Wakaf Kemenag RI, Kasubdit Bina Kelembagaan dan Kerja Sama Zakat dan Wakaf, Muhibuddin, menyampaikan bahwa Kemenag terus mendorong inovasi pengelolaan wakaf yang mampu bergerak di sektor riil.

Ia menegaskan, wakaf harus menjadi instrumen ekonomi umat yang produktif dan berkelanjutan, tidak hanya berhenti sebagai simbol ibadah semata.

"Wakaf bukan hanya untuk membangun masjid atau fasilitas sosial. Ia juga bisa menjadi penggerak ekonomi yang nyata. Panen pisang Cavendish ini bukti bahwa wakaf dapat dikelola secara modern, memberi manfaat ekonomi, dan menumbuhkan kemandirian masyarakat,” ujar Muhibuddin.

Sementara itu, Ust. Misbahul Huda dari Dewan Dakwah GWI menilai, wakaf produktif kini menjadi solusi strategis bagi penguatan ekonomi umat. Menurutnya, zakat dan sedekah bersifat darurat dan konsumtif, sementara wakaf produktif mendorong kemandirian karena hasilnya terus berputar.

"Rasulullah dan para sahabat sudah memberi contoh. Dengan wakaf, ekonomi umat digerakkan ada pekerja, pengrajin, pemasaran, hingga distribusi manfaat. Kalau ini diperbanyak, kemiskinan bisa ditekan secara nyata,” tuturnya.

Baca Juga: Forjukafi Luncurkan QRIS Wakaf Tunai dan Kukuhkan Ma'ruf Amin Jadi Ketua Dewan Kehormatan

Diskusi juga menyoroti potensi besar pisang Cavendish sebagai model wakaf produktif pertanian. Abed Muslim, pengelola kebun sekaligus PIC program, menjelaskan bahwa komoditas ini memiliki risiko rendah, cepat balik modal sekitar satu tahun dan potensi keuntungan konservatif antara 6 hingga 12 persen per tahun.

Satu hektare lahan dapat ditanami sekitar 2.500 pohon dengan biaya awal sekitar Rp120 hingga Rp150 juta.

"Panen pertama biasanya menutup modal, panen berikutnya baru memberikan margin keuntungan. Pisang Cavendish punya siklus yang efisien, bisa berproduksi dua hingga tiga tahun tanpa bibit baru karena regenerasi dari anakan,” jelas Abed Muslim.

Dalam paparannya, ia juga menyampaikan aspek teknis budidaya: pemilihan lahan dengan daya serap air baik, penggunaan pupuk organik dari kotoran sapi yang difermentasi, serta teknik pembungkusan dan penyuntikan tandan untuk menjaga kualitas buah. Produksi grade C tercatat kurang dari 10 persen, menunjukkan kualitas panen yang tinggi.

Baca Juga: Sinergi Bangun Ekonomi Umat, Kemenag Kick Off Program Zakat dan Wakaf di Cirebon

Harga jual pisang Cavendish saat ini stabil di kisaran Rp5.000 hingga Rp6.500 per kilogram dengan permintaan pasar yang terus meningkat, terutama setelah masa pandemi. Hasil panen mencapai rata-rata 120 hingga 130 boks per musim, dengan nilai jual sekitar Rp90 juta per panen. Model pengelolaan ini juga memungkinkan keterlibatan masyarakat sekitar dan santri, sekaligus menekan biaya operasional hingga 50 persen.

Melalui kegiatan ini, telah disepakati bahwa wakaf produktif bukan hanya ide konseptual, melainkan strategi nyata untuk memperkuat ekonomi umat.

Kombinasi antara pengelolaan profesional, prinsip syariah, dan dukungan kelembagaan menjadi kunci keberhasilan pengembangan wakaf di sektor pertanian.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ferry Hidayat
Editor: Amry Nur Hidayat

Advertisement

Bagikan Artikel: