Kredit Foto: PTFI
Ekonom Senior Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Muhammad Ishak Razak, menilai penurunan produksi PT Freeport Indonesia pada 2026 akibat belum optimalnya operasi penuh Grasberg Block Cave (GBC) akan menekan penerimaan negara secara signifikan.
Ishak menjelaskan produksi Freeport diperkirakan turun sekitar 30% secara keseluruhan, termasuk produksi tembaga, sehingga langsung berdampak pada kemampuan negara mengumpulkan penerimaan dari pajak, royalti, dan dividen.
“Jika Freeport menyumbang sekitar Rp79 triliun pada 2024 dari pajak, royalti, dan dividen, maka potential loss penerimaan negara bisa mencapai sekitar 25–30 triliun sehingga berpotensi memperlebar defisit APBN 2026 jika tidak dimitigasi,” kata Ishak pada Warta Ekonomi, Minggu (16/11/2025).
Baca Juga: Antam Sambut Normalisasi Operasi Freeport, Pasokan Emas Stabil Lagi
Ia menambahkan bahwa penurunan produksi tersebut tidak hanya berdampak pada APBN, tetapi juga pada pembagian keuntungan BUMN tambang.
“Dividen ke MIND ID akan memengaruhi pembagian dividen ke Danantara,” ujarnya.
Menurut Ishak, koreksi produksi Freeport juga berpotensi mengganggu kinerja penerimaan negara pada dua tahun berjalan.
“Penurunan produksi Freeport berpotensi mengganggu outlook penerimaan negara 2025 dan 2026 karena kontribusinya cukup signifikan terhadap PNBP minerba dan ekspor, apalagi ditambah dengan potensi pelemahan harga komoditas,” jelasnya.
Untuk meminimalkan potensi kehilangan penerimaan akibat belum optimalnya operasi GBC, Ishak menilai pemerintah perlu bertindak cepat melalui sejumlah langkah strategis.
Baca Juga: Bahlil Lempar Sinyal Big Gossan dan DMLZ Freeport Akan Segera Aktif, Grasberg Masih Ditutup
“Untuk memitigasi potensi kehilangan penerimaan akibat belum optimalnya produksi dari GBC Freeport, pemerintah mendorong peningkatan pasokan konsentrat tembaga dari Amman Mineral ke smelter Freeport Gresik guna menjaga kontinuitas hilirisasi,” kata Ishak.
Ia juga menegaskan perlunya koreksi teknis dan penguatan kapasitas operasional GBC dengan menggandeng pihak ahli.
“Selain itu, perlu dilakukan audit cepat dan perbaikan infrastruktur dengan melibatkan ahli independen,” ujarnya.
Ishak juga menekankan pentingnya diversifikasi penerimaan negara di sektor minerba.
“Diversifikasi sumber PNBP minerba perlu dilakukan melalui optimalisasi produksi batubara dan eksplorasi cadangan baru di wilayah lain, disertai efisiensi APBN,” katanya.
Baca Juga: Freeport Siap Aktifkan Tambang Non-Terdampak, Grasberg Masih Ditangguhkan
Lebih jauh, ia menilai penguatan kepemilikan dan kontrol negara melalui Danantara adalah langkah yang harus dipertimbangkan dalam jangka panjang.
“Hal strategis lainnya adalah mendorong peningkatan investasi dan kepemilikan saham Danantara, hingga menguasai atau menjadi pengendali atas sektor pertambangan termasuk pada komoditi mineral kritis dan strategis,” tegasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
Editor: Djati Waluyo
Advertisement