Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Investor Lari ke Emas, Inflasi Oktober Tembus Rekor Tahunan

Investor Lari ke Emas, Inflasi Oktober Tembus Rekor Tahunan Kredit Foto: Andi Hidayat
Warta Ekonomi, Jakarta -

Inflasi Indonesia pada Oktober 2025 mencapai 2,86% year-on-year, tertinggi sepanjang tahun, yang dipicu dominasi kenaikan harga emas perhiasan. Kenaikan ini menjadikan emas penyumbang inflasi terbesar, melampaui komoditas pangan seperti beras dan sayuran.

Wakil Menteri Dalam Negeri (Wamendagri) Bima Arya menyampaikan data ini dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah, Senin (17/11/2025). 

“Kalau kita lihat data, di bulan Oktober 2025 ini, year on year angka inflasi kita adalah 2,86%. Kalau dari konteks global, Indonesia menempati peringkat ke-88 dari 186 negara di dunia. Kalau di ASEAN, peringkatnya ke-8,” ujar Bima.

Baca Juga: Airlangga Soroti Dampak Redenominasi Terhadap Inflasi, Begini Katanya

Bima menekankan bahwa tekanan inflasi tidak lepas dari dinamika global. Shutdown pemerintah federal Amerika Serikat selama 43 hari disebutnya memengaruhi kegiatan ekspor-impor dan pembaruan data ekonomi. Selain itu, kondisi China yang menghadapi deflasi, krisis properti, dan kelebihan kapasitas produksi turut membebani stabilitas harga dunia.

Di dalam negeri, inflasi bulanan Oktober 2025 tercatat naik 0,28% dibanding September. Dari sisi komoditas, emas perhiasan memberi andil inflasi 0,21%, diikuti cabai merah, telur ayam ras, daging ayam ras, dan wortel. 

Kepala Badan Pusat Statistik Amalia Adininggar Widyasanti menjelaskan bahwa harga emas internasional terus mengalami tren kenaikan sejak Oktober. 

“Harga emas di pasar internasional mengalami tren kenaikan yang terus-menerus, dan bahkan di bulan November ini, harga emas tertinggi dibandingkan periode sebelumnya,” ujarnya.

Baca Juga: Pengendalian Inflasi Pangan Jadi Fokus Utama, Ini Langkah Pemerintah

Data penjualan emas PT Antam Januari–September 2025 menunjukkan penjualan 34.164 kilogram atau 1.098.398 troy oz, naik 20% dibanding periode sama tahun lalu. Amalia menekankan bahwa emas menjadi instrumen safe haven bagi investor saat kondisi geopolitik dan geoekonomi global tidak stabil. 

“Harga emas yang diterima konsumen pastinya akan selaras dengan perkembangan harga emas di pasar internasional. Dan inilah yang direkam di inflasi kita di bulan Oktober 2025,” tambahnya.

Secara regional, Sumatra Barat mencatat inflasi emas tertinggi 62,83%, diikuti Sulawesi Selatan 62,77%. Meski mendorong inflasi, Amalia menilai tren kenaikan harga emas menunjukkan minat masyarakat terhadap investasi emas meningkat. 

“Artinya kesadaran masyarakat untuk melakukan investasi emas ini relatif sudah meningkat,” pungkasnya.

Lonjakan harga emas perhiasan yang masif di Oktober 2025 seolah menjadi alarm kondisi ekonomi global yang fluktuatif, serta mengubah perilaku konsumsi domestik, di mana masyarakat semakin memandang emas sebagai aset investasi.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Annisa Nurfitri

Advertisement

Bagikan Artikel: