Strategi Uni Eropa Menekan Ketergantungan Logam Tanah Jarang China
Kredit Foto: Istimewa
Uni Eropa optimistis dapat menekan ketergantungannya terhadap logam tanah jarang yang diimpor dari China. Hal ini menyusul gejolak perdagangan dari Brussel-Beijing.
Dilansir dari Reuters, Kamis (20/11), Komisioner Industri Uni Eropa, Stephane Sejourne mengatakan bahwa peningkatan aktivitas daur ulang menjadi solusi paling realistis untuk mengurangi ketergantungan blok tersebut terhadap impor bahan baku mineral kritis dari China.
Baca Juga: PLN – Uni Eropa Sinergi Bangun Infrastruktur Listrik Hijau, Percepat Target NZE 2060
Sejourne mengungkit soal aturan dari Critical Raw Materials Act. Uni Eropa melalui kebijakan tersebut menargetkan dua puluh lima persen kebutuhan logam tanah jarang dapat dipenuhi melalui daur ulang pada 2030.
Sejourne menegaskan bahwa blok euro perlu mempercepat pembuatan kesepakatan pasokan mineral kritis, tidak hanya mengandalkan proses perjanjian perdagangan yang memakan waktu bertahun-tahun.
Ia menyebutkan bahwa produksi gallium dan magnet permanen berbasis tanah jarang secara lokal diperkirakan meningkat enam kali lipat pada 2030. Namun percepatan serupa diperlukan untuk seluruh logam dan mineral strategis yang diidentifikasi oleh Uni Eropa.
Sejourne juga menyerukan penyederhanaan proses perizinan, mengingat terlalu banyak proyek yang ditinggalkan selama ini akibat hambatan birokrasi.
Ia juga menilai sebagian tanggung jawab berada pada perusahaan, terutama karena kesepakatan penundaan pembatasan ekspor mineral tanah jarang kemungkinan tidak akan diterapkan lama oleh China.
Baca Juga: Ketegangan Naik, Tokyo Imbau Warga Jepang Waspada Bepergian di China
“Perusahaan harus mengevaluasi ulang risiko mereka dan berhenti membeli seluruhnya dari China. Saya ragu perjanjian akan bertahan dua belas bulan,” kata Sejourne.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement