Amundi: Risiko Meningkat, Independensi The Fed Jadi Sorotan Investor Saham di 2026
Kredit Foto: Istimewa
Independensi Federal Rerserve (The Fed) akan menjadi perhatian utama pada tahun depan menyusul beragam intervensi yang baru-baru ini dilakukan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Chief Investment Officer Amundi, Vincent Mortier menilai tekanan politik terhadap bank sentral tersebut bisa menjadi salah satu tail risk terbesar tahun depan. Hal itu tak hanya akan berdampak terhadap dolar namun juga pasar saham dari AS.
Baca Juga: IHSG Ditutup Menguat Usai BI Tahan Suku Bunga, Saham Perbankan Bergerak Variatif
“Salah satu risiko besar untuk tahun depan adalah tekanan besar terhadap The Fed,” kata Mortier, dilansir dari Reuters, Kamis (20/11).
“Setiap perubahan dalam tata kelola atau independensi bank sentral bisa menjadi kejutan besar yang tak terduga," tambahnya.
Mortier menambahkan tidak akan terkejut jika kebijakan suku bunga dan levelnya nanti berada jauh lebih rendah pada 2026.
Mortier juga memperkirakan dolar akan terus melemah, sementara imbal hasil obligasi pemerintah sepuluh tahun tahun diperkirakan bertahan di sekitar 4%.
Mortier menilai para pembuat kebijakan kemungkinan akan turun tangan jika imbal hasil bergerak jauh lebih tinggi karena kekhawatiran keberlanjutan utang dari AS.
Menurutnya, intervensi tersebut bisa dilakukan melalui penerbitan surat utang jangka pendek, alih-alih tenor panjang serta kemungkinan dimulainya kembali pembelian obligasi oleh The Fed.
Ia juga menyebut stablecoin berbasis dolar serta rencana pelonggaran persyaratan modal bank sebagai upaya memperkuat permintaan terhadap Treasury AS.
Adapun dirinya buka suara terkait dengan sejumlah saham-saham besar yang dimiliki oleh Amundi. Ia menegaskan bahwa pihaknya yakin menerapkan underweight terhadap saham-saham megacap, namun tidak melakukan penjualan besar-besaran.
Sebaliknya, perusahaan menggunakan instrumen derivatif untuk melakukan lindung nilai dan menjaga fleksibilitas untuk menjual bila diperlukan. Kekhawatiran atas valuasi terkait akal imitasi telah menekan saham global dalam beberapa pekan terakhir.
Baca Juga: Borong Saham BUMI, UBS Group Habiskan Dana Rp416,89 Miliar
“Menjadi underweight pada saham-saham megacap sangat menyakitkan tahun ini. Kami tidak bisa keluar dari pasar ini, tetapi kami bersedia mengorbankan sebagian kinerja untuk membeli perlindungan,” ujarnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Advertisement