Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bursa Asia Melemah, Investor Saham Khawatirkan Bubble AI

Bursa Asia Melemah, Investor Saham Khawatirkan Bubble AI Kredit Foto: Antara/Muhammad Adimaja
Warta Ekonomi, Jakarta -

Bursa Asia melemah pada perdagangan di Jumat (21/11). Hal ini terjadi seiring meningkatnya kekhawatiran terhadap prospek ekonomi dan arah kebijakan suku bunga dari Federal Reserve. (The Fed) Amerika Serikat (AS).

Dilansir Senin (24/11), berikut ini adalah catatan pergerakan sejumlah indeks utama dari Bursa Asia. Bursa China mencatat penurunan yang signifikan dalam perdagangan kali ini:

  • Hang Seng (Hong Kong): Turun 2,38% ke 25.220,02
  • CSI 300 (China): Turun 2,44% ke 4.453,61
  • Shanghai Composite (China): Turun 2,45% ke 3.834,89
  • Nikkei 225 (Jepang): Turun 2,40% ke 48.625,88
  • Topix (Jepang): Turun 0,06% ke 3.297,73
  • Kospi (Korea Selatan): Turun 3,79% ke 3.853,26
  • Kosdaq (Korea Selatan): Turun 3,14% ke 863,95

Secara keseluruhan, bursa saham melemah setelah data kinerja perusahaan yang mengecewakan dan meningkatnya kecemasan pasar terhadap kemungkinan suku bunga tetap tinggi lebih lama dari AS.

Sejumlah investor memilih menarik dana dari aset berisiko sambil menunggu kejelasan arah pertumbuhan ekonomi dan permintaan global.

Tekanan paling besar terlihat pada saham sektor teknologi, keuangan, dan energi. Saham-saham teknologi, terutama yang terkait kecerdasan buatan (AI), mengalami penurunan tajam karena kekhawatiran terhadap valuasi yang dinilai terlalu tinggi.

Saham perbankan ikut tertekan akibat kenaikan imbal hasil obligasi yang mendorong investor melakukan penyesuaian ulang terhadap risiko. Sektor energi bergerak volatil seiring perubahan harga minyak. Sementara saham properti serta konsumen menunjukkan pergerakan yang bervariasi tergantung data domestik masing-masing negara.

Dari Amerika Serikat, Data ketenagakerjaan yang lebih kuat dari perkiraan turut menimbulkan keraguan bahwa bank sentral akan segera memangkas suku bunga, sehingga memperburuk sentimen risiko di pasar.

Dari China, pasar cemas dipicu oleh perlambatan ekonomi, pergerakan nilai tukar yang fluktuatif, serta data ekonomi regional yang beragam. Dari Jepang, meningkatnya inflasi memberi tekanan pada yen dan obligasi pemerintah.

Di tengah tekanan tersebut, investor global mulai beralih ke aset yang dianggap lebih aman seperti emas dan obligasi. Sejumlah institusi mengurangi eksposur terhadap saham dari Asia.

Baca Juga: Boy Thohir Rogoh Kocek Miliaran, Buat Serok Lagi Saham TRIM

Investor kini mencermati rilis data inflasi dan tenaga kerja, musim laporan keuangan perusahaan, data ekspor dan manufaktur dari China.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: