Kredit Foto: Antara/Muhammad Adimaja
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dinilai berpeluang menembus level 9.350 pada akhir 2025. Dalam kajiannya Mandiri Sekuritas memperkirakan skenario dasar IHSG berada di kisaran 9.050 pada akhir 2025, sementara skenario bullish menempatkan indeks pada level 9.350.
Analis Equity Research Mandiri Sekuritas, Kresna Hutabarat, menilai penguatan likuiditas domestik dan penurunan signifikan imbal hasil obligasi pemerintah menjadi faktor utama yang menopang kenaikan indeks pada tahun depan.
Ia menjelaskan bahwa penempatan likuiditas pemerintah dan otoritas moneter ke sistem perbankan sepanjang tahun mencapai sekitar Rp270 triliun, memperkuat kondisi permodalan perbankan dan meningkatkan likuiditas pasar keuangan.
“Kebijakan moneter dan fiskal yang lebih longgar sudah terlihat nyata lewat peningkatan likuiditas. Ini menjadi fondasi kuat untuk mendorong kinerja IHSG ke depan,” ujar Kresna, dalam acara Mandiri Macro and Market Brief 4Q25, Rabu (3/12/2025).
Baca Juga: Peningkatan IHSG Tak Diiringi Saham Bluechip, Kenapa?
Mandiri Sekuritas menilai penurunan yield obligasi turut meningkatkan daya tarik saham. Yield Surat Utang Negara (SUN) tenor 10 tahun turun sekitar 100 bps, sedangkan tenor 1–2 tahun turun hingga 200 bps, memperlebar spread antara imbal hasil obligasi dan dividend yield saham. Kondisi tersebut dinilai membuka ruang rotasi portofolio dari aset bebas risiko menuju ekuitas.
Kresna menambahkan bahwa minat investor institusi berpotensi meningkat seiring ruang untuk menambah porsi saham yang selama beberapa tahun berada di level rendah, yakni hanya 6–12%, jauh di bawah porsi historis tertinggi pada 2016 di kisaran 13–23%. “Penurunan yield mendorong investor mencari return lebih tinggi. Ini momentum yang kuat bagi pasar saham, apalagi di tengah tren revisi laba yang kembali positif,” ujarnya.
Baca Juga: JPMorgan Prediksi IHSG Bisa Lompa ke 10.000
Dukungan tambahan datang dari indikator ekonomi frekuensi tinggi yang menunjukkan pemulihan. Penjualan ritel dan wholesaler tercatat kembali tumbuh pada September–Oktober, sementara data BPJS Ketenagakerjaan menunjukkan kenaikan jumlah pekerja formal, menandakan aktivitas ekonomi domestik yang semakin kuat.
Dengan mempertimbangkan faktor-faktor tersebut, Mandiri Sekuritas mempertahankan rekomendasi overweight untuk pasar saham Indonesia. Target IHSG pada skenario dasar tahun 2026 dipatok di 7.950, dengan sektor perbankan, consumer, telekomunikasi, ritel, serta komoditas terkait tembaga dan emas menjadi pendorong utama.
“Momentum 2026 sudah terbentuk. Kombinasi likuiditas longgar, yield rendah, dan pemulihan ekonomi menjadi bahan bakar utama untuk upside pasar saham Indonesia,” kata Kresna.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait:
Advertisement