Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Fokus Bertahan Warnai Outlook Ekonomi Indonesia 2026

Fokus Bertahan Warnai Outlook Ekonomi Indonesia 2026 Kredit Foto: Uswah Hasanah
Warta Ekonomi, Jakarta -

Dunia usaha Indonesia memasuki fase bertahan (survivability) menjelang 2026, di tengah meningkatnya ketidakpastian global akibat perang dagang dan tensi geopolitik. Kondisi ini mendorong perusahaan dan sektor keuangan memusatkan perhatian pada kelangsungan arus pendapatan dan profitabilitas, sementara agenda keberlanjutan atau environmental, social and governance (ESG) cenderung bergeser ke prioritas berikutnya.

Pandangan tersebut mengemuka dalam forum Public and Business Leader Forum: 2026 Outlook & Challenges yang diselenggarakan Universitas Brawijaya di Jakarta. Kepala Mandiri Institute, Andre Simangungsong menyampaikan bahwa dinamika global sepanjang 2025 telah mengubah fokus utama korporasi, dari ekspansi dan idealisme keberlanjutan ke strategi menjaga bisnis tetap hidup.

Baca Juga: Astra Dukung Penguatan Ekonomi Petani Kopi Garut Melalui Desa Sejahtera Astra

“Tema besar tahun ini bukan lagi pertumbuhan agresif, tetapi survivability. Dunia usaha fokus menjaga revenue stream dan profitabilitas. Isu keberlanjutan tidak hilang, tetapi turun ke prioritas kedua atau ketiga,” ujar Andre dalam paparannya, Sabtu (13/12/2025).

Ia menjelaskan, tekanan geopolitik global membuat diskursus ESG tidak lagi dominan di tingkat operasional perusahaan. Dalam praktiknya, banyak pelaku usaha menempatkan keberlanjutan sebagai kewajiban regulatif, bukan sebagai agenda utama strategi bisnis. Meski demikian, Andre menegaskan bahwa ESG tidak ditinggalkan sepenuhnya karena dorongan regulasi, baik dari pemerintah maupun standar global, masih berjalan.

Menurut Andre, perubahan prioritas ini juga tercermin di sektor keuangan global, termasuk penarikan sejumlah bank internasional dari aliansi keuangan berkelanjutan. Namun di dalam negeri, sektor keuangan tetap memegang peran kunci sebagai penopang stabilitas ekonomi di tengah tekanan eksternal.

“Dorongan terbesar pembiayaan berkelanjutan saat ini datang dari pemerintah dan sektor keuangan. Ketika sektor riil fokus bertahan, perbankan justru menjadi enabler agar agenda jangka panjang tetap berjalan,” katanya.

Dari perspektif ekonomi makro, kondisi tersebut menunjukkan bahwa Indonesia memasuki fase penyesuaian siklus bisnis. Dunia usaha tidak sepenuhnya menghentikan investasi, tetapi lebih selektif dan defensif dalam mengelola modal. Pembiayaan diarahkan pada proyek yang langsung berdampak pada efisiensi biaya, penurunan risiko, dan keberlanjutan operasional.

Andre menilai, pola ini akan berlanjut hingga 2026 seiring belum meredanya ketidakpastian global. Fokus dunia usaha diperkirakan masih pada konsolidasi, penguatan neraca keuangan serta efisiensi operasional, sebelum kembali mendorong agenda pertumbuhan jangka panjang.

Baca Juga: Menperin Tekankan Pentingnya Penerapan Ekonomi Sirkular Wujudkan Industri Berkelanjutan

Forum tersebut juga menegaskan bahwa pergeseran prioritas ini bukan fenomena sementara, melainkan bagian dari transisi ekonomi global. Dalam konteks Indonesia, sektor keuangan diposisikan sebagai penyeimbang antara kebutuhan jangka pendek dunia usaha dan agenda pembangunan berkelanjutan jangka panjang.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: