Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Konsumsi rumah tangga kembali menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal IV tahun ini, didorong oleh stimulus fiskal pemerintah, faktor musiman akhir tahun serta pola belanja generasi muda yang kian dominan.
Kepala Mandiri Institute, Andre Simangungsong menyebut kombinasi peningkatan pendapatan masyarakat dan dorongan likuiditas menjadi faktor kunci yang menjaga momentum konsumsi menjelang akhir tahun.
Baca Juga: Astra Dukung Penguatan Ekonomi Petani Kopi Garut Melalui Desa Sejahtera Astra
Andre menjelaskan bahwa secara umum pola konsumsi masyarakat tahun depan diperkirakan masih relatif serupa dengan tahun berjalan. Namun, dinamika konsumsi semakin dipengaruhi oleh Generasi Z, yang porsinya dalam struktur demografi dan aktivitas belanja kian besar.
“Yang perlu kita antisipasi ke depan itu Gen Z semakin dominan,” ujar Andre ketika ditemui di Jakarta, Sabtu (13/12/2025).
Menurut dia, pola konsumsi Gen Z memiliki karakteristik tersendiri, terutama pada kecenderungan belanja yang lebih impulsif dan berorientasi pada gaya hidup. Pengeluaran untuk makan di luar, hiburan, olahraga, dan hobi menjadi pos yang menonjol, di samping kebutuhan esensial. Andre menilai pemahaman terhadap pola ini penting karena akan menentukan arah pertumbuhan konsumsi ke depan.
Ia menyebut porsi Gen Z dalam konsumsi nasional berada di kisaran 48–51 persen, meski angka tersebut masih perlu dikonfirmasi lebih lanjut.
“Top spending-nya itu sudah keperluan makan di restoran, baru kemudian kebutuhan esensial,” kata Andre, merujuk pada kelompok Gen Z yang baru lulus kuliah maupun masih berstatus mahasiswa.
Dari sisi momentum jangka pendek, Andre menekankan bahwa kuartal IV tahun ini mendapat dorongan signifikan dari stimulus ekonomi Paket Ketiga, terutama melalui program BLTK Setaraan dan program Magang. Nilai kedua program tersebut diperkirakan mencapai hampir Rp32 triliun, yang dinilai cukup material terhadap perekonomian. Dengan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) nominal Indonesia di kisaran Rp22.000–23.000 triliun, stimulus tersebut menjadi tambahan daya beli yang nyata bagi masyarakat.
“Kalau bicara konsumsi, bukan hanya soal suku bunga turun. Faktor fundamentalnya adalah pendapatan masyarakat naik atau turun,” ujar Andre.
Ia menilai stimulus langsung ke masyarakat berperan sebagai booster utama konsumsi pada kuartal IV, terutama di tengah tren penurunan suku bunga dan perbaikan likuiditas perbankan di akhir tahun.
Ke depan, Andre masih melihat ruang penguatan konsumsi setidaknya hingga kuartal pertama dan kedua tahun depan, seiring faktor musiman seperti Ramadan, Idulfitri, serta libur sekolah pada pertengahan tahun yang biasanya mendorong belanja rumah tangga, khususnya untuk kebutuhan pendidikan dan perjalanan.
Namun, keberlanjutan dorongan konsumsi setelah periode tersebut akan sangat bergantung pada kebijakan lanjutan pemerintah dan kondisi ekonomi secara keseluruhan. Menurut Andre, evaluasi kinerja ekonomi pada kuartal awal tahun depan akan menjadi dasar penentuan arah stimulus berikutnya.
Baca Juga: Menperin Tekankan Pentingnya Penerapan Ekonomi Sirkular Wujudkan Industri Berkelanjutan
Dengan kombinasi stimulus fiskal, perbaikan likuiditas, dan pergeseran pola konsumsi generasi muda, konsumsi rumah tangga masih diproyeksikan menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi nasional dalam waktu dekat.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement