Kredit Foto: Dok. Kemen PPPA
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) memperkuat kolaborasi dengan anak dalam memastikan kebijakan responsif dengan kebutuhan generasi muda.
Hal tersebut dilakukan dengan menggelar dialog bersama anak muda di Ke:Kini Café, Cikini dan diikuti secara luring maupun daring oleh puluhan anak dari berbagai komunitas.
Baca Juga: Kemen PPPA Pastikan Bantuan Psikologis Bagi Perempuan dan Anak Korban Bencana
Kegiatan ini merupakan kerjasama Kemen PPPA dan Save The Children yang bertujuan mendengar langsung aspirasi, suara, dan gagasan kalian mengenai isu-isu perlindungan anak, khususnya terkait tantangan yang muncul di ranah digital.
Dalam kesempatan tersebut, Menteri PPPA Arifah Fauzi, menegaskan pentingnya pemerintah untuk mendengar langsung suara anak sebagai upaya memberikan akses yang sama dalam pembangunan.
"Pemerintah wajib hadir memastikan hak-hak anak terpenuhi. Hari ini kita akan mendalami enam isu besar perlindungan anak, yaitu kekerasan terhadap anak, pekerja anak dan eksploitasi ekonomi, akses inklusif bagi anak dengan disabilitas, anak yang berhadapan dengan hukum, pengasuhan dan peran keluarga, serta perlindungan anak dalam situasi darurat seperti bencana, konflik, maupun migrasi. Keenam isu ini bukan hanya menjadi perhatian pemerintah, tetapi merupakan tantangan bersama yang harus dihadapi seluruh masyarakat,” ujarnya, dikutip dari siaran pers Kemen PPPA, Senin (15/12).
Menteri PPPA menambahkan mendengarkan suara anak sangatlah penting karena mereka melihat persoalan dari jarak yang paling dekat, mengalami langsung risiko-risiko di dunia digital maupun dalam kehidupan sehari-hari, serta memahami strategi apa yang efektif dan tidak efektif.
"Kalian juga memiliki gagasan kreatif yang sering tidak terpikirkan oleh orang dewasa. Karena itu, Bunda ingin kalian berani berbicara, berbagi pengalaman, memberikan rekomendasi, dan menyampaikan cara-cara baru agar layanan dan kebijakan perlindungan anak semakin relevan. Bunda juga ingin mendengar apa saja yang perlu diperbaiki dalam layanan perlindungan anak, sebab tidak ada kebijakan yang lebih kuat daripada kebijakan yang lahir dari suara anak," ujar Menteri PPPA.
Sepanjang kegiatan, peserta berdiskusi dalam kelompok untuk membahas isu-isu prioritas menuju Indonesia Emas 2045. Anak-anak menyampaikan kritik dan rekomendasi terkait literasi digital, keamanan ruang daring, kesehatan mental, perubahan iklim, dan isu lainnya. Menanggapi hal tersebut, Menteri PPPA menegaskan bahwa masukan anak sangat berarti oleh karena itu, kegiatan ini menjadi langkah awal untuk memperkuat kolaborasi bersama anak dan memastikan kebijakan semakin responsif terhadap kebutuhan generasi muda.
"Dialog seperti ini tidak boleh berhenti pada satu pertemuan, tetapi harus terus berlanjut sebagai ruang yang terbuka bagi anak untuk menyampaikan suara dan mengawal perubahan. Hari ini bukan hanya acara seremonial. Ini adalah awal gerak bersama agar kebijakan yang kita buat benar-benar bersumber dari suara anak. Percakapan seperti ini harus terus kita lakukan, karena anak-anak berhak didengar dan dilibatkan dalam setiap proses pembangunan,” ungkap Menteri PPPA.
Pada kesempatan ini, CEO Save the Children Indonesia, Dessy Kurwiany Ukar, menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya dialog yang memungkinkan anak berbicara secara lepas dan informal.
“Yang terpenting bagi kami adalah mendengarkan kata teman-teman semua. Anak-anak punya ide-ide hebat dan justru di sanalah kunci solusi dari banyak permasalahan yang sering dibicarakan orang dewasa. Masa depan kita masih penuh harapan karena anak-anak di sini memiliki semangat dan kapasitas luar biasa,” ujar Dessy. Ia juga menekankan bahwa kebutuhan dan harapan anak harus menjadi dasar dalam setiap program yang disusun untuk mereka.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Editor: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Advertisement