Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

JPMorgan: Pasokan Stablecoin Bisa Capai US$600 Miliar di 2028

JPMorgan: Pasokan Stablecoin Bisa Capai US$600 Miliar di 2028 Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

JPMorgan Chase & Co. memperkirakan total pasokan stablecoin global dapat mencapai hingga US$600 miliar di 2028. Hal itu terjadi seiring pertumbuhan ekosistem aset digital, meskipun permintaannya masih didominasi oleh aktivitas pasar kripto, bukan pembayaran ritel.

Analis JPMorgan, Nikolaos Panigirtzoglou mengatakan bahwa hingga saat ini stablecoin masih terutama digunakan sebagai bagian dari infrastruktur perdagangan kripto.

Baca Juga: Bitcoin hingga Stablecoin, Investor Muda Jadi Motor Adopsi Kripto di Brasil

“Permintaan stablecoin masih merupakan cerita pasar kripto, bukan cerita sistem pembayaran,” ujarnya, dilansir Senin (22/12).

JPMorgan mencatat pasar stablecoin telah tumbuh sepanjang tahun ini, sehingga total kapitalisasi pasarnya kini mencapai sekitar US$308 miliar.

Pertumbuhan tersebut terutama didorong oleh kebutuhan stablecoin sebagai alat kas dan jaminan (collateral) dalam perdagangan kripto, termasuk di pasar derivatif dan keuangan terdesentralisasi (DeFi).

“Sebagian besar permintaan stablecoin berasal dari penggunaannya sebagai kas atau jaminan di dalam ekosistem kripto untuk memfasilitasi perdagangan kripto, termasuk perdagangan derivatif serta aktivitas pinjam-meminjam di DeFi,” kata Panigirtzoglou.

Stablecoin merupakan aset kripto yang nilainya dipatok pada aset tertentu, seperti mata uang fiat atau emas, namun paling sering terhadap dolar. Stablecoin menjadi fondasi penting dalam ekonomi kripto, berfungsi sebagai jalur pembayaran, sarana likuiditas serta alat untuk transfer dana lintas negara.

Menurut JPMorgan, penggunaan stablecoin untuk pembayaran saat ini masih menjadi faktor yang lebih kecil, tetapi berpotensi tumbuh seiring semakin banyak penyedia jasa keuangan yang menguji sistem pembayaran lintas negara berbasis stablecoin.

Namun, Panigirtzoglou menekankan bahwa peningkatan penggunaan pembayaran tidak serta-merta menuntut lonjakan besar pasokan stablecoin. Hal ini karena kecepatan perputaran (velocity) token dapat meningkat seiring integrasi yang lebih dalam ke sistem keuangan.

Di sisi lain, bank-bank dan jaringan pembayaran global juga berupaya mempertahankan peran mereka dalam arus dana institusional melalui pengembangan deposito ter-tokenisasi dan berbagai inisiatif berbasis blockchain.

Baca Juga: Bursa Saham Brasil Siapkan Platform Tokenisasi dan Stablecoin di 2026

Selain itu, pengembangan mata uang digital bank sentral (CBDC) dinilai dapat menghadirkan alternatif teregulasi yang berpotensi bersaing dengan stablecoin swasta.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: