Kredit Foto: Azka Elfriza
Industri asuransi umum diprediksikan mengalami perlambatan kinerja sepanjang 2025, dipicu tekanan regulasi, ketidakpastian geopolitik, serta keterbatasan kualitas sumber daya manusia. Kondisi tersebut membuat pertumbuhan premi dan tingkat profitabilitas industri diperkirakan tidak lebih baik dibandingkan capaian tahun sebelumnya.
Ketua Umum Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Budi Herawan mengatakan perlambatan tersebut mencerminkan tantangan struktural yang dihadapi pelaku industri sepanjang tahun berjalan.
“Kalau kita melihat prognosa di tahun 2025 kemungkinan tidak akan lebih baik dari tahun 2024 baik dalam indikator pertumbuhan premi maupun tingkat profitabilitas,” ujar Budi dalam acara Indonesia Economic & Insurance Outlook 2026: “Berharap Kebijakan Fiskal akan Menjadi Pendorong Pertumbuhan Bisnis di 2026”, Senin (22/12/2025).
Baca Juga: AAUI Prediksi Pertumbuhan Asuransi Melambat
Menurut Budi, faktor utama yang menekan kinerja industri berasal dari implementasi paralel Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) 23 terkait permodalan dan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 117. Dampak kebijakan tersebut mulai dirasakan secara nyata sepanjang 2025 oleh perusahaan asuransi umum maupun reasuransi.
“Yang pertama adalah paralel terhadap implementasi POJK 23 atau PSAK 117, ini menjadi tantangan tersendiri,” katanya.
Tekanan tersebut, lanjut Budi, semakin diperberat oleh kondisi geopolitik dan kebijakan ekonomi yang mempengaruhi iklim usaha secara keseluruhan. Ketidakpastian global dan domestik mendorong pelaku usaha menahan belanja, termasuk untuk perlindungan asuransi.
“Kondisi dan kebijakan geopolitik di dalam negeri ini juga jelas mempengaruhi terhadap tingkat pertumbuhan di dalam penetrasi pasar asuransi umum,” ujarnya.
Selain faktor eksternal dan regulasi, Budi menyoroti persoalan internal industri yang belum sepenuhnya teratasi, yakni kualitas sumber daya manusia. Ia menilai kapasitas SDM asuransi nasional masih tertinggal dibandingkan negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara.
“Sumber daya manusia kita ini memang masih ketinggalan dibanding negara-negara ASEAN lainnya dan kita ini memang hanya di atas Kamboja,” kata Budi.
Baca Juga: Kontribusi Digital Asuransi Masih Kecil, Baru Sumbang 2,87% Premi Asuransi
Keterbatasan kualitas SDM tersebut dinilai berpengaruh terhadap kemampuan industri dalam beradaptasi dengan perubahan regulasi, dinamika pasar, serta transformasi bisnis yang semakin kompleks.
Di sisi lain, industri asuransi umum juga menghadapi tantangan transformasi teknologi. Budi menekankan pentingnya kesiapan sistem informasi di tengah meningkatnya adopsi artificial intelligence (AI) yang mulai mempengaruhi proses operasional dan model bisnis asuransi.
“Teknologi sistem informasi kita berhadapan dengan situasi yang lagi marak yaitu bagaimana kita menghadapi proses AI jadi ini indikator-indikator yang memang harus menjadi perhatian kita semua,” pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Azka Elfriza
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait:
Advertisement