Hal ini disampaikan oleh Direktur Utama CITA Lim Hok Seng saat ditemui usai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) CITA di Jakarta, Kamis (4/6/2015).
"Kami berharap positif di tahun 2016 perusahaan akan melakukan turn around kinerja sejalan dengan berproduksinya smelter SGA pertama di Indonesia ini," ungkapnya.
Ia menerangkan proses pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) saat ini dikerjakan oleh entitas asosiasi CITA, yakni PT Well Harvest Winning Alumina Refinery (WHW) yang merupakan perusahaan patungan dengan China Hongqiao Group Limited dari Tiongkok.
Selain itu, CITA merupakan pemilik dari 99 persen saham dalam PT Harita Prima Abadi Mineral (HPAM) dan PT Karya Utama Tambangjaya (KUTJ) masing-masing yang bergerak dalam bidang usaha pertambangan bauksit.
Lebih lanjut, Lim mengatakan bahwa selama paruh pertama tahun 2014 hingga kuartal pertama 2015 lalu, pasca-diberlakukannya PP Nomor 1 Tahun 2014 dan Permen ESDM 01 Tahun 2014, manajemen perseroan dan entitas anak terpaksa menghentikan aktivitas penambangan dan fokus pada pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian mineral melalui WHW yang akan memiliki kapasitas awal satu juta metrik ton (MT) di awal 2016 untuk kemudian ditingkatkan menjadi dua juta MT pada tahun 2018.
Menurutnya, proyek yang dimulai sejak tahun 2012 lalu ini telah menghabiskan dana sekitar Rp 5 triliun dari total dana yang dianggarkan mencapai US$ 1 miliar. Perseroan telah mendapatkan komitmen dari para pemegang saham untuk menyelesaikan smelter Alumina ini di akhir 2015 hingga bisa mulai berproduksi di awal 2016.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait:
Advertisement