Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Carmudi: Siapkan Pasar Indonesia Masuki Mobil Listrik

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta - Menurut Reuters, Tesla Motors mengalami kerugian sebesar US $4000 pada setiap mobil model S yang terjual. Dengan pendanaan yang saat ini US $1,15 milyar per 30 Juni, turun dari US $2,67 milyar tahun lalu, kiprah Tesla Motors mulai dipertanyakan oleh para analis dan juga investor. Carmudi mencoba menelaah kiprah dari Tesla Motors dengan kaitannya terhadap pertumbuhan permintaan terhadap kendaraan listrik di seluruh dunia termasuk di Indonesia.

Meskipun Tesla mengalami kerugian operasional sebesar US $47 juta, pendapatan Tesla Motor mengalami peningkatan lebih dari 50% di Q1 tahun 2015. Hal yang lebih menarik lagi bila melihat pada saham Tesla yang mengalami peningkatan hingga 70% bila dibandingkan nilai pada 2 tahun yang lalu, atau 8% lebih tinggi nilainya bila dibandingkan keadaan per 1 Januari yang lalu.

Pada kenyataannya, memproduksi mobil listrik model S sebenarnya menguntungkan bagi Tesla Motor, dengan marjin yang terbaik dari seluruh industri otomotif. Pertanyaannya kemudian, mengapa masih ada laporan yang menyatakan Tesla Motor mengalami kerugian hingga US $ 4000 pada setiap mobil model S yang terjual?

Bila langsung membagi dana operasional yang telah dikeluarkan dengan jumlah volume mobil Tesla Motor yang terjual, memang akan terlihat bahwa Tesla sepertinya mengalami kerugian senilai US $ 4000 pada setiap mobil listrik model S mereka yang terjual.

Akan tetapi yang perlu diingat adalah nilai US $47 juta tersebut tidak hanya untuk membangun, memproduksi, dan mendistribusikan mobil model S saja. NIlai sebesar itu diinvestasikan oleh Tesla Motor untuk pengembangan merek Tesla Motor secara berkelanjutan di masa datang sebagai merek mobil listrik terkemuka yang saat ini masih dalam tahap pengembangan dan pembangunan ekuitas merek.

Pertumbuhan Mobil Listrik di Kawasan

Masa depan Tesla diprediksikan cerah, begitupun dengan pabrikan mobil elektrik lainnya karena kebutuhan akan mobil listrik semakin diperlukan, tidak hanya terbatas di Amerika Serikat saja. Negara-negara berkembang pun perlahan semakin berpaling pada mobil ramah lingkungan dan hal ini merupakan peluang besar bagi pabrikan mobil-mobil listrik.

Tumbuhnya kelas menengah, bejibunnya generasi milenial sama artinya dengan meningkatnya kesadaran pengemudi kendaraan akan lingkungan yang lebih baik, dengan semakin tingginya minat kaum urban akan mobil listrik yang ramah lingkungan seperti Tesla model S dan semakin ditinggalkannya kendaraan konvensional yang berbahan bakar minyak konvensional.

Pasar mobil listrik global diproyeksikan mencapai US $271,67 milyar pada tahun 2019, dengan total penjualan 64,4 juta unit. Tesla diyakini menjadi pelopor tumbuhnya mobil masa depan berbasis mobil elektik dengan menanamkan modal senilai US $1,5 juta pada tahun ini untuk meluncurkan mobil listrik sport model X dengan pintu bak batmobile milik batman, bertenagakan baterai dan ramah lingkungan.

“Mobil ramah lingkungan yang banyak terdapat di listing Carmudi kebanyakan model hybrid, 90% konsumen yang menyukai mobil model hybrid ini ada di kawasan Asia," ujar Wouter van der Kolk, Managing Director Carmudi Indonesia.

"Di Asia, kita akan semakin sering melihat mobil-mobil listrik mengaspal di jalanan kota-kota besar pada akhir tahun 2017. Semakin meningkatnya dukungan pemerintah untuk pengembangan dan riset serta insentif pajak untuk pembeli mobil-mobil elektrik akan melapangkan jalan Tesla dan juga pabrikan mobil-mobil listrik lain di Asia. Salah satu pabrikan di Tiongkok, BAIC, baru-baru ini mengumumkan rencananya untuk membuat hingga 3000 kendaraan listrik untuk pasar otomotif Asia di tahun depan saja," tambahnya.

Untuk perkembangan mobil listrik di Indonesia sendiri, hingga saat ini pemerintah sedang gencar untuk melakukan penyempurnaan riset berkelanjutan dengan melibatkan universitas negeri di Indonesia. Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) sedang mengembangkan riset mobil listrik nasional dan hal tersebut diamini oleh Menteri Riset, dan Perguruan Tinggi Mohammad Nasir.

"Mobil listrik yang dikembangkan ITS merupakan mobil listrik bertenaga surya. Saat ini sudah masuk tahap 6 riset penyempurnaan. Target pemerintah pada tahun 2017, mobil listrik tersebut sudah menjadi prototype industri," jelas Nasir beberapa waktu yang lalu.

Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) sangat memperhatikan perkembangan mobil listrik nasional. Sekretaris Umum Gaikindo Noegardjito menekankan perlu adanya pemerataan infrastruktur agar mobil listrik dapat diterima masyarakat Indonesia.

"Kami dengan 40 perusahaan yang tergabung di Gaikindo memang mudah saja memproduksi mobil listrik untuk konsumen di dalam negeri. Tapi, sekarang permasalahannya adalah infrastruktur terutama ada tidaknya charging station,", cetusnya.

Untuk merealisasi mobil listrik, ungkap dia, saat ini harus ada komitmen dari pemerintah. Salah satunya dalam meningkatkan jumlah dan perluasan infrastruktur penunjang mobil listrik.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Achmad Fauzi
Editor: Achmad Fauzi

Advertisement

Bagikan Artikel: