WE Online, Jakarta- Produksi kopi Lampung rata-rata mencapai 100.000 ton hingga 131.000 ton per tahun, dengan luas areal kopi mencapai 173.670 hektare. Sedangkan produktivitas kopi Lampung mencapai 800 kilogram hingga 900 kilogram per hektare. Menurut Wapres JK, pemerintah pusat segera menggulirkan dana Rp1,5 triliun per tahun untuk pengembangan budi daya kopi di Tanah Air.
"Ada 11 daerah yang mendapatkan dana untuk pengembangan budi daya kopi itu," kata Kalla.
Ia menyebutkan, dana sebesar itu nantinya akan terus bergulir selama lima tahun ke depan, sehingga kuantitas maupun kualitas kopi nasional makin meningkat. Produksi kopi nasional mendatang, lanjutnya, harus dapat ditingkatkan dua kali lipat dari produksi sekarang. Menurutnya, berdasarkan data produksi kopi di Indonesia saat ini hanya meningkat rata-rata satu persen per tahun. Tahun lalu produksi kopi Indonesia hanya berkisar 500 ribu ton.
"Dalam jangka waktu lima tahun terakhir produksi kopi nasional cenderung stagnan," kata Kalla.
Wapres Kalla mengatakan, permasalahan yang kerap ditemui dalam mengembangkan komoditas kopi adalah terkait dengan produktivitas yang tidak meningkat dengan baik, bahkan produksinya cenderung mengalami stagnan. Karena itu, pemerintah pusat segera menggulirkan dana Rp1,5 triliun per tahun untuk pengembangan budi daya kopi di Tanah Air.
Produksi kopi nasional mendatang, katanya, harus dapat ditingkatkan dua kali lipat dari produksi sekarang. Saat ini produksi kopi Indonesia merupakan yang terbesar ketiga di dunia, di bawah Brazil dan Vietnam. Ia menjelaskan bahwa kebutuhan untuk kopi global bisa meningkat sekitar 15 persen per tahun. Karena itu, produksi kopi di Indonesia harus ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan dunia tersebut.
JK juga mengingatkan produksi kopi dari Vietnam yang telah lama bersaing dengan produksi nasional, padahal dahulu, petani kopi Vietnam belajar dalam mengembangkan komoditas kopi dari Indonesia. Berkaitan peningkatan produksi dan produktivitas kopi itu, sejumlah petani kopi di Ulubelu Kabupaten Tanggamus, Lampung menyatakan perlu pembinaan secara intensif yang dilakukan oleh pihak berwenang, sehingga mereka dapat terus menerus mampu menghasilkan produksi kopi lebih banyak dan makin berkualitas.
Para petani kopi di Ulubelu mengemukakan, saat ini selain masih mendapatkan pembinaan dari beberapa mitra perusahaan pengolah biji kopi, mereka juga mendapatkan bimbingan pascapanen dari Komit dan Rumah Kolaborasi (Ruko) Lampung. Pegiat Komit Mahmudi, dan Pengurus Ruko, Supriyanto, menyatakan pihaknya belum lama ini telah menginisiasi pembelian peralatan pengolah biji kopi untuk dapat digunakan oleh para pengolah biji kopi di Ulubelu, sehingga dapat mengolah kopi yang dihasilkan petani kopi setempat dengan kualitas yang diinginkan.
"Kopi bubuk yang dihasilkan dapat ditingkatkan kualitasnya dan punya potensi jual dengan harga lebih tinggi serta pemasaran makin luas," ujar Supriyanto.
Dia berharap, pada saatnya produksi kopi bubuk skala rumahan yang dihasilkan pengolah kopi di Ulubelu dan sentra produksi kopi lainnya di Lampung itu, dapat bersaing di pasaran dengan kopi bubuk pabrikan terkenal maupun kopi bubuk skala pengusaha menengah-besar lainnya.
"Peningkatan produksi dan produktivitas petani kopi harus diimbangi pula dengan penanganan pascapanen yang lebih baik, agar pendapatan dan kesejahteraan petani kopi Lampung semakin meningkat dan kian membaik," ujarnya.
Produksi yang meningkat diiringi produktivitas budi daya kopi kian membaik akan membuat para petani kopi di Lampung dan Indonesia umumnya benar-benar akan merasakan manisnya hasil jerih payah mengusahakan tanaman kopi selama ini. (Selesai- Antara)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement