Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

2016, Perbarindo Pesimis atas Kondisi Perbankan Sektor BPR

Warta Ekonomi -

WE Online, Medan - Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia (Perbarindo) pesimis atas kondisi perbankan sektor BPR yang tidak akan membaik di tahun 2016 ini. Dikarenakan di 2015, pertumbuhan untuk sektor kredit penyalurannya hanya di bawah 10 persen dengan angka nonperforming loan (NPL) atau kredit macet rata-rata ada yang di atas tujuh persen.

Hal ini dikatakan oleh Sekretaris Perbarindo Sumut Bumaman Teodeki Tarigan. Ia melihat tahun ini masih belum ada kabar baik bahwa kondisi industri perbankan dapat melaju tumbuh tanpa ada perlambatan.

"Indikatornya dilihat dari penyaluran kredi sebab BPR yang memiliki segmen pasar ke sektor pertanian seperti komoditas alam, yakni sawit (CPO) dan karet, saat ini harganya relatif rendah dan tidak stabil," kata Bumaman di Medan, Jumat (19/2/2016).

Dari segmen perdagangan mikro dan kecil, sebut dia, yang selama ini menjadi andalan juga masih belum terlalu bergairah karena tingkat konsumsi masyarakat yang rendah dari dampak kondisi perlambatan pertumbuhan ekonomi.

Disampaikan, pada tahun 2016 ini Perbarindo menargetkan pertumbuhan penyaluran kredit dapat tumbuh sekitar 15 persen dengan angka NPL yang terjaga.

"Upaya yang dilakukan agar NPL terjaga dengan menerapkan prinsip kehati-hatian. Saat ini tiap BPR cenderung lebih selektif dalam penyalurannya ke nasabah. Kemudian bila debitur kesulitan membayar maka akan diterapkan remedial dalam teknik penagihan, yaitu mengangsur jika konsumen ternyata hanya bisa melakukan pembayaran angsuran sesuai dengan negosiasi. Tercatat, hingga saat ini ada sebanyak 62 BPR yang ada di Sumatera Utara," katanya.

Sementara itu, Kepala Advisory Pengembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Bank Indonesia Kantor Perwakilan Medan Budi Trisnanto mengatakan bahwa dilihat dari perkembangan kondisi ekonomi maka sektor industri perbankan, baik umum maupun BPR diperkirakan masih akan tumbuh melambat.

Namun jika dilihat dari strukturnya, antara bank umum dengan BPR maka BPR merupakan segmen yang tidak terlalu besar berdampak sepanjang usaha mikro kecil yang menjadi pangsa pasar kredit dapat bertahan dan masih membutuhkan kredit. Untuk itu, kemudahan akses kredit diharapkan dapat lebih dimudahkan. Sementara untuk bank umum yang segmen pasarnya adalah kelas usaha besar lebih rentan dan cukup berisiko akibat dampak dari kondisi ekonomi global.

Budi menyebutkan bahwa sepanjang tahun 2015 nilai kredit yang disalurkan BPR naik sekitar 10,53 persen atau sebesar Rp0,86 triliun, sedangkan tahun 2014 sebesar Rp0,76 triliun dan 2013 sebesar Rp0,72 triliun.

"Untuk NPL-nya tercatat pada Desember 2015 bertengger di angka 7,74 persen atau mengalami penurunan dibanding posisi November yang sebesar 8,33 persen," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Khairunnisak Lubis
Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: