Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pemerintah Harus Tegas Naikkan Cukai Rokok

Warta Ekonomi, Meulaboh -

Pakar kesehatan dari Universitas Indonesia dr Agustin Kusumayati, MSc, Ph.D menyatakan, pemerintah seharusnya bersikap tegas untuk tetap menaikkan tarif cukai rokok untuk mencegah timbulnya perokok pemula.

"Menyangkut kontroversi kenaikan tarif cukai rokok menurut saya harusnya tidak ada kompromi demi mencegah timbulnya perokok pemula," katanya pada kuliah umum di kampus Universitas Teuku Umar (UTU) Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat, Rabu (31/8/2016).

Kuliah umum yang dilaksanakan Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) UTU itu mengambil tema tentang bahaya merokok merusak generasi muda dan dubuka Wakil Rektor I UTU Dr Ir Alfizar, turut dihadiri Wakil Rektor II Dr Ishak Hasan, Dekan FKM UTU Ir Yuliatul, Dinas Kesehatan Aceh Barat, para dosen serta ratusan mahasiswa.

Agustin yang juga Dekan FKM UI itu menyampaikan, rokok adalah penyebab penyakit, bukan lagi menjadi faktor resiko karena entri point paling efektif masukya penyalahgunaan zat adiktif, termasuk narkoba.

"Memang tidak semua perokok menjadi pencandu narkoba, tetapi pecandu narkoba startnya dari rokok. Banyangkan jika anak SD sekarang sudah banyak mulai merokok, mau jadi apa generasi bangsa kita," katanya.

Agustin menyebutkan, mayoritas perokok aktif berasal dari sosial ekonomi yang lebih rendah, sementara orang-orang berpendidikan tinggi serta ekonomi lebih tinggi justru lebih sedikit yang ditemukan sebagai perokok.

"Apalagi kondisi saat ini pabrik rokok kebanyakan sudah dikuasai pemodal asing, tembakaunya tidak dibeli dari petani Indonesia. Jadi bohong, kalau dibilang rokok dipertahankan demi masa depan petani dan buruh pabrik rokok," tegasnya.

Lebih lanjut dijelaskan, ketika masyarakat yang berasal dari sosial ekonomi rendah sakit, maka dia sudah memberatkan beban negara untuk menanggulangi sakitnya yang dikarenakan rokok tersebut.

Menurut Agustin, penghasilan utama pemerintah yang diperoleh dari cukai rokok jauh lebih rendah dari pada beban negara yang dikeluarkan untuk menanggulangi penyakit yang sebabkan karena rokok itu.

"Harusnya yang menjadi konsentrasi pemangku kepentingan sekarang adalah bagaimana menangulangi proporsi anak di bawah umur, tiga belas tahun umurnya sudah merokok semakin meningkat setiap tahun," imbuhnya.

Dia menaruh harapan kepada lulusan Kesehatan Masyarakat (Kesmas) menjadi pemimpin dalam hal kesehatan, sebagai seorang lulusan wajib memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) untuk pengakuan keahlian profesi yang kedepan harus bisa memberi solusi terhadap permasalahan kesehatan masyarakat secara menyeluruh. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: