Bangkit dari Resesi, Mesir Pangkas Nilai Mata Uangnya 48 Persen
Mesir melepas nilai tukar mata uangnya menjadi mengambang bebas dengan memangkas nilai mata uangnya 48 persen terhadap dolar.?
Menurut data bank sentral, US$ 1 bisa dipakai untuk membeli 14 pound Mesir, naik dari 9 pound Mesir.
Bank sentral Mesir mengatakan langkah itu merupakan salah satu daftar reformasi yang dirancang untuk memperkuat kepercayaan dalam perekonomian.
Bank sentral juga telah meningkatkan suku bunga sebesar 3 poin persentase menjadi 14,75 persen.
Pelemahan mata uang tersebut merupakan persyaratan utama dari Dana Moneter Internasional (IMF) agar Mesir bisa memperoleh dana talangan (bailout) sebesar US$ 12 miliar dalam jangka waktu tiga tahun.
"Rezim nilai tukar yang fleksibel akan meningkatkan daya saing eksternal Mesir, menyokong ekspor dan pariwisata, serta menarik investasi asing. Semua ini akan membantu memacu pertumbuhan, penciptaan lapangan kerja dan meningkatkan daya saing." kata Chris Jarvis, Kepala Misi IMF untuk Mesir, dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip dari laman?BBC?di Jakarta, Minggu (6/11/2016).
Meskipun liberalisasi dapat membantu negara untuk memperkuat ekonominya, namun hal itu akan membuat hidup lebih sulit bagi rakyat Mesir dan biaya semua barang impor akan meningkat tajam.
Reformasi lain yang dihadapi adalah mengurangi atau menghilangkan subsidi negara pada bahan bakar untuk memenuhi persyaratan IMF. Pemerintah Mesir telah memangkas subsidi listrik rumah tangga, selain itu harga gula naik 40 persen bagi beberapa rakyat Mesir.
Mesir mengimpor sekitar sepertiga dari kebutuhan gula, namun dengan adanya pelemahan nilai mata uang tersebut, pedagang berjuang keras untuk dapat mengimpor dari luar negeri.
Negara ini tengah mendorong serangkaian reformasi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan membantu orang miskin. Militer telah ditugaskan untuk mendistribusikan paket sembako, termasuk gula, untuk meredam efek di antara yang termiskin.
Rencananya, pemerintah Mesir akan menggunakan dana dari IMF untuk program kesehatan dan sosial.
Mesir telah berjuang untuk menarik investasi asing sejak gejolak politik di tahun 2011. Terjadinya perisitiwa Arab Spring membuat investor asing enggan menempatkan dananya di Mesir.
Serangan teror dan bencana penerbangan juga telah melumpuhkan sektor pariwisata vital di negara tersebut, yang merupakan salah satu penerima mata uang asing yang paling penting, serta mendorong penurunan dalam kepercayaan investor internasional.
Ekonomi Mesir adalah yang terbesar kedua di dunia Arab, setelah Arab Saudi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Gregor Samsa
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait: