Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        KKP: Impor Komoditas Perikanan Berbeda dengan Pertanian

        KKP: Impor Komoditas Perikanan Berbeda dengan Pertanian Kredit Foto: Sufri Yuliardi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Nilanto Perbowo menyatakan impor komoditas perikanan memiliki tujuan yang kerap berbeda dengan impor yang dilakukan oleh komoditas sektor pertanian.

        "Izin impor ikan berbeda dengan pertanian," kata Nilanto Perbowo dalam lokakarya jurnalis di kantor KKP, Jakarta, Rabu (16/11/2016).

        Menurut Nilanto, impor komoditas pertanian biasanya dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri yang belum memadai, sedangkan impor perikanan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri.

        Dirjen Penguatan Daya Saing Produk KKP memaparkan, impor perikanan terkait bahan baku industri biasanya dipergunakan untuk aktivitas pengalengan, pembekuan dan pemindangan. "Izin impor yang paling besar direalisasikan adalah untuk pemindangan," katanya.

        Pemindangan adalah proses pengawetan ikan dengan digarami dan dibumbui kemudian diasapi atau direbus sampai kering agar dapat tahan lama.

        Sementara komoditas impor hasil perikanan yang paling besar bila dilihat dari realisasinya adalah ikan makarel, TCT (tuna/cakalang/tongkol), sarden, kepiting dan salmon.

        Dia juga mendesak agar jangan sampai impor ikan yang tujuannya untuk keperluan pemindangan dan pengalengan, ternyata "bocor" untuk dijual di pasar-pasar basah.

        Sebelumnya, Presiden Joko Widodo menginginkan perlunya strategi khusus agar petani di Indonesia terus bersemangat menanam untuk menekan impor pangan.

        "Negara kita adalah negara besar, negara subur. Tapi, kita harus berbicara apa adanya, tahun lalu, beras, kedelai, jagung, buah-buahan, gula masih impor," ujar Presiden saat memberikan sambutan dalam acara puncak peringatan Hari Pangan Sedunia (HPS) ke-36 Tingkat Nasional Tahun 2016 di Alun-Alun Kabupaten Boyolali, Jateng, Sabtu (29/10).

        Presiden menyatakan pentingnya strategi ke depan guna meningkatkan semangat para petani untuk terus menanam, termasuk tanaman jagung yang saat ini masih impor dari negara lain, walaupun sudah menurun sekira 60 persen.

        Presiden juga menyatakan bahwa pangan merupakan salah satu dari tiga hal yang akan diperebutkan dalam era kompetisi antarnegara, selain air dan energi.

        Untuk itu, ujar dia, setiap negara harus terus mempersiapkan kedaulatan pangan nasional dengan baik, termasuk Indonesia yang merupakan negara subur, namun masih memerlukan impor sejumlah bahan pangan dari negara lain. (Ant)

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Sucipto

        Bagikan Artikel: