Salah satu yang menjadi daya tarik sekitar dua ribu pelaku bisnis dari 26 negara hadir dalam Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) adalah adanya satu sesi khusus yang membahas tentang proyeksi harga minyak sawit mentah (CPO) yang merujuk pada tren harga komoditas lainnya.
Dalam IPOC ke-12 di Nusa Dua Bali, 23-25 November 2016 pekan ini sejumlah analis komoditas global akan menyampaikan prediksi mereka. Tentu saja disertai dengan teori dan kajian atas faktor-faktor yang mempengaruhi harga tersebut.
Chairperson 12th IPOC and 2017 Price Outlook Mona Surya mengatakan beberapa pakar komoditas yang akan menyampaikan analisis mengenai harga adalah Dorab Mistry (Godrej International Ltd), James Fry (LMC International), Siegfried Falk (Oil World), Wang Liaowei (National Grain & Oils Information Centre), dan Fadhil Hasan (Gapki/Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia).
"Proyeksi harga yang mengemuka dalam IPOC ini telah menjadi rujukan utama para praktisi bisnis dunia. Analisis ini akan menjadi salah satu referensi dalam proses pengambilan keputusan bisnis," kata Mona dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Senin (21/11/2016).
Indonesia, kata Mona, memang sudah seharusnya menjadi referensi dalam aspek apapun terkait industri kelapa sawit. Hal ini wajar mengingat Indonesia adalah produsen minyak sawit terbesar dunia dengan produksi mencapai 33 juta ton. Dalam pasar minyak nabati dunia, ia mengatakan minyak sawit menjadi pemegang pangsa pasar terbesar dibandingkan minyak nabati lain yang dihasilkan oleh Amerika Serikat dan Eropa seperti minyak kedelai, bunga matahari, kanola, minyak jagung, dan lainnya.
"Dan IPOC adalah konferensi untuk yang akan menjadi referensi terkait isu-isu pada industri kelapa sawit. Proyeksi harga yang melihat IPOC tahun-tahun sebelumnya selalu akurat, akan makin memperkuat keyakinan kita bahwa Indonesia adalah kiblat minyak sawit dunia. Kan enggak lucu, kalau kita belajar kelapa sawit di Eropa atau Amerika," ujarnya.
Wakil Ketua Umum GAPKI Pusat ini mengatakan Bali sengaja dipilih menjadi lokasi penyelenggaraan IPOC karena Pulau Dewata ini adalah tujuan pariwisata dunia. Dari 12 kali penyelenggaraan IPOC, imbuhnya, 10 kali diselenggarakan di Bali dan dua kali di Bandung (2013 dan 2014).
"Greget perkembangan industri sawit Indonesia selalu menjadi perhatian masyarakat banyak baik secara nasional maupun internasional. Apalagi saat ini Indonesia adalah primadona dari penghasil minyak sawit dunia. Segala kegiatan industri sawit di Indonesia disorot dari berbagai sisi sehingga banyak orang berpendapat bahwa sawit adalah topik seksi untuk dibicarakan atau diberitakan," sebutnya.
Disampaikan, tahun ini merupakan penyelenggaraan yang ke-12 kalinya dan IPOC telah berevolusi menjadi konferensi sawit terbesar di dunia. Ia menjelaskan 12th Indonesian Palm Oil Conference and 2017 Price Outlook akan diselenggarakan pada tanggal 23-25 November 2016 di Bali International Convention Centre, The Westin Resort Nusa Dua, Bali, dengan mengusung tema Palm Oil Development: Harmonizing Market, Society and the State.
Konferensi tahunan yang diselenggarakan oleh GAPKI ini akan dibuka oleh Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution. Selain itu, akan hadir juga menjadi pembicara khusus Menteri Agraria dan Tata Ruang Sofyan Djalil dan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita.
"Tahun ini secara khusus IPOC mengundang para akademisi dari universitas nasional maupun internasional. Ini merupakan suatu hal yang istimewa karena untuk pertama kalinya Gapki?membuat satu sesi khusus kepada akademisi untuk memberikan pandangan dan hasil studi mereka. Para akademisi ini adalah Prof Dr Iwan Jaya Azis (Cornell University), Prof Oleg S Medvedev (Lomonosov Moscow State University), Risa Bhinekawati (Podomoro University) dan Dr Puspo Edi Giriwono (Institut Pertanian Bogor). Keempat akademisi ini akan membahas isu sawit terkait dengan sosio ekonomi dan isu kesehatan," paparnya.
Sederatan pembicara ahli lainnya untuk membahas regulasi dan supply and demand adalah berasal dari kalangan pemerintah, lembaga swadaya masyarakat dan pengusaha nasional dan internasional.
Mereka adalah Musdhalifah Machmud (Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI), Bayu Krisnamurthi (Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit), MS Sembiring (Kehati), Rosan P. Roeslani (Kadin), Joko Supriyono (GAPKI), Muhammad Usman (Atase Perdagangan Pakistan untuk Indonesia), BV. Mehta (The Solvent Extractors' Association of India) dan Metin Yurdagul (Mumsad).
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Cahyo Prayogo
Editor: Cahyo Prayogo