Bursa Efek Indonesia (BEI) menilai kondisi ekonomi global yang cenderung melambat mempengaruhi target pelaksanaan penawaran umum perdana saham (IPO) di dalam negeri.
"Tahun ini diperkirakan sebanyak 20 perusahaan melakukan IPO, target awal sebanyak 35 IPO, kondisi ekonomi global mempengaruhi itu. Di pasar modal global, jumlah IPO juga sedang mengalami penurunan sekitar 74 persen," ujar Direktur Utama BEI Tito Sulistio saat seminar Indonesia Corporate Action Forum (ICAF) di Jakarta, Selasa (6/12/2016).
Kendati demikian, menurut dia, jumlah IPO di pasar modal Indonesia itu masih terbilang lebih baik dibandingkan bursa saham di negara-negara dunia "Jumlah IPO di Indonesia masih menjadi salah satu yang paling tinggi di dunia," ucapnya.
Tito Sulistio optimistis pada 2017 jumlah IPO akan lebih baik dibandingkan tahun ini. Dalam rencana kerja dan anggaran tahunan (RKAT) 2017, BEI menargetkan pelaksanaan IPO sebanyak 35 perusahaan.
"Ada sebanyak 52 perusahaan dari berbagai sektor yang aset dan pendapatannya di atas 50 persen, bahkan ada aset dan pendapatannya dari Indonesia tetapi catat sahamnya (listing) di luar negeri. Perusahaan itu akan kita dorong menjadi perusahaan tercatat di BEI," katanya.
Ia mengaku telah melakukan pembicaraan perusahaan yang memiliki aset dan pendapatannya dari Indonesia untuk melakukan pencatatan saham di lebih dari satu bursa atau "dual listing".
"Perusahaan itu sudah melakukan diskusi dengan BEI. Mereka akan 'dual listing', mereka itu perusahaan asing, semoga tahun depan bisa terealisasi," katanya.
Direktur Asosiasi Emiten Indonesia (AEI) Isakayoga menambahkan tanda-tanda ekonomi akan lebih bagus mulai terlihat, diharapkan situasi itu akan mendorong perusahaan lebih banyak lagi yang melakukan IPO di BEI.
"Ekonomi yang membaik akan mendorong daya serap investor akan lebih baik lagi. Semoga tidak ada gangguan-gangguan dalam perjalanan waktu nanti," katanya. (Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil