Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Tom Nilai Tak Perlu Berlebihan Tanggapi 'Trump Effect'

        Tom Nilai Tak Perlu Berlebihan Tanggapi 'Trump Effect' Kredit Foto: Sufri Yuliardi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Trikasih Lembong menilai tidak perlu berlebihan menanggapi sejumlah kebijakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang lebih mengutamakan kepentingan negara tersebut.

        "Ini kan baru satu minggu. Pimpinan mana pun juga perlu menyesuaikan diri. Lembaga-lembaga di sekelilingnya perlu menyesuaikan diri dengan pimpinan baru. Saya usul tidak perlu 'overreacted' (bereaksi berelebihan) dan terus berprasangka baik. Beri dia dan timnya waktu untuk 'settling in' (menyesuaikan diri)," katanya di Jakarta, Senin (30/1/2017).

        Tom, sapaan akrab Thomas, mengakui kemungkinan ada potensi dampak kebijakan Trump terhadap investasi. Pasalnya, kebijakan "America First" yang diusung Trump akan menekan perusahaan dari negeri Paman Sam untuk lebih banyak menanamkan modal di negerinya sendiri. "Konsekuensinya memang kita harus kerja ekstra keras untuk membuat Indonesia lebih atraktif untuk perusahaan AS," ujarnya.

        Selain berupaya meningkatkan iklim investasi, lanjut Tom, Indonesia juga harus mengembangkan alternatif investasi lain, misalnya, dari Jepang, Korea, Eropa dan Tiongkok.

        Mantan Menteri Perdagangan itu menuturkan investasi dari AS memang memiliki kualitas tinggi. Hal itu terlihat dari penggunaan teknologi tinggi, serta "branding" dan jaringan internasional. Oleh karena itu, investasi dari negeri Paman Sam masih sangat dibutuhkan Indonesia.

        "Maka kita harus kerja ekstra keras untuk meyakinkan perusahaan AS meski mungkin nanti ada tekanan dari administrasi Presiden Trump untuk lebih mengalihkan investasinya ke dalam negeri (AS)," jelasnya.

        Tom sendiri mengaku tetap optimis kebijakan Trump tidak akan menurunkan laju pertumbuhan investasi. Indonesia, secara fundamental juga merupakan negara berkembang yang menjanjikan sebagai tujuan berinvestasi. Terlebih, negara-negara berkembang menjadi pasar utama investasi guna menopang pertumbuhan ekonomi negara-negara besar.

        "Saya lebih optimistis. Kalau umpamanya investasi dari AS berkurang, menurut saya akan diisi oleh orang lain. Banyak yang lain yang mau mengisi. Kami sangat menghargai investasi dari AS karena teknologinya, brandingnya dan jaringan internasionalnya tak terkalahkan," tukasnya. (Ant)

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Sucipto

        Bagikan Artikel: