Wakil Presiden (Wapres) RI Jusuf Kalla mengungkapkan salah satu masalah terbesar bangsa Indonesia adalah kesenjangan ekonomi yang semakin melebar. Permasalahan tersebut menjadi pekerjaan rumah pemerintah yang mesti segera dituntaskan agar negara tidak goyah. JK menuturkan sudah banyak contoh goyahnya suatu negara, seperti di Timur Tengah, yang bermula dari kesenjangan ekonomi.
"Masalah yang paling besar kita hadapi adalah bagaimana bangsa maju secara bersama dan mengurangi ketimpangan. Itu pekerjaan yang harus kita lakukan dengan baik karena apabila terjadi kesenjangan besar antara kaya dan miskin, maka negara bisa goyah," kata JK-sapaan akrab Jusuf Kalla, di sela acara peletakan batu pertama pembangunan Gedung Centre of Microfinance BRI-Unhas di Makassar, Senin (27/2/2017).
JK menegaskan untuk menumbuhkembangkan perekonomian bangsa secara merata tidak berarti menghambat si kaya. Menurut JK, pemerintah tidak akan mengambil kebijakan sosialis aliran kiri. Pemerintah memilih mengambil jalan tengah dengan mendorong si miskin atau pengusaha kecil untuk tumbuh. Semakin banyaknya pengusaha meski berskala kecil akan meningkatkan pendapatan dan memperluas lapangan pekerjaan.
Menurut JK, pemerintah juga terus mendorong semakin banyaknya wirausaha di Indonesia. Musababnya, dengan jumlah penduduk mencapai 255 juta jiwa dengan kesempatan kerja hanya 120 juta jiwa, maka mencetak wirausaha merupakan solusi terbaik. Terlebih, di tengah kebijakan pemerintah yang melakukan moratorium penerimaan PNS selama lima tahun.
"Pemerintah juga akan terbitkan kebijakan ekonomi yang berkeadilan untuk mendukung pengusaha kecil di daerah dan tidak semuanya terpusat," kata JK yang merupakan alumnus Fakultas Ekonomi Unhas itu.
JK mengimbuhkan tinggi kesenjangan ekonomi di Indonesia bisa jelas terlihat di kota-kota besar. Pria berdarah bugis itu menyebut angka gini ratio atau kesenjangan ekonomi di Tanah Air mencapai 0,4. Itu pun dari segi konsumsi. Bila mau dihitung dari segi pendapatan, angka gini ratio disebutnya menembus 0,7. "Kesenjangan ekonomi bisa terlihat di Jakarta, dimana rumah atau kawasan terbesar ada di Jakarta, tapi yang terkumuh juga ada di Jakarta."
Direktur Utama BRI Asmawi Syam menyatakan pihaknya mendukung program pemerintah untuk mencetak wirausaha dan mendorong pertumbuhan UMKM. Keberadaan Gedung Centre of Microfinance yang sementara dibangun di Kampus Unhas diharapkan mampu melahirkan pengusaha tangguh atau alumnnus yang bisa mendampingi UMKM untuk bertumbuh. "BRI masih konsisten akan fokus pada segmen UMKM," tuturnya.
Menurut Asmawi, setelah menggagas berdirinya Gedung Centre of Microfinance di Kampus Unhas, pihaknya berencana membentuk wadah serupa di perguruan tinggi lain. Untuk tahap awal, sudah ada pembicaraan dengan pihak kampus Universitas Andalas alias Unand. "Kami akan kembangkan di beberapa perguruan tinggi dan mendukung microfinance menjadi mata kuliah atau program studi," tutur dia.
Untuk Unhas sendiri yang menjadi mitra pertama BRI dalam Gedung Centre of Microfinance berkomitmen membangun program studi keuangan mikro pada strata satu (sarjana) dan strata dua (magister). Tahap awal pada 2017, Unhas membuka program studi magister dulu, sebelum membuka program studi sarjana pada 2018.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Tri Yari Kurniawan
Editor: Sucipto
Tag Terkait: