Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Merevolusi Cara Berpikir dengan Memaksa Kesasar

        Merevolusi Cara Berpikir dengan Memaksa Kesasar Kredit Foto: Istimewa
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Hari ini, jutaan manusia Indonesia sangat takut "menjelajahi" dunia baru yang sama sekali belum dikenalnya. Kebanyakan kita justru menghindari kegagalan, kesasar, atau segala sesuatu yang bakal menyulitkan hidup kita. Kita maunya anak-anak kita menjadi juara, lulus cepat, dan dapat pekerjaan yang baik, dimudahkan jalannya.

        Setiap kali mereka mengalami kesulitan, "persoalan" mereka kita ambil alih, kita yang hadapi, dan kita yang menjadi petarungnya. Padahal semua masalah itu diberikan Tuhan untuk mengubah karakter manusia agar menjadi lebih "petarung" dalam menghadapi masalah.

        Mudahnya kira-kira begini: sebagian besar kita hanya berani pulang-pergi menelusuri jalan yang sama dari hari ke hari. Ya, kita semua telah berubah menjadi manusia yang terperangkap dalam zona nyaman masing-masing, senang mengarungi jalan yang sama, berlibur ke tempat yang sama. Dan kita selalu mencari orang yang bisa menemani perjalanan kita, memikirkan segala sesuatu yang akan kita hadapi.

        Hal tersebut disampaikan Prof. Rhenald Kasali dalam pengantar buku 30 Paspor: The Peacekeeper's Journey, yang merupakan buku ketiga dari Seri 30 Paspor di Kelas Profesor. Dua jilid buku 30 Paspor di Kelas Sang Profesor telah terbit dua tahun lalu dan terjual lebih dari 20.000 eksemplar. Buku yang disusun oleh JS Khairen ini merupakan kumpulan kisah 30 mahasiswa mata kuliah Pemasaran Internasional yang ?dipaksa? kesasar oleh Prof. Rhenald Kasali.

        Mereka "dipaksa" membuat paspor saat kuliah baru dimulai. Kemudian mereka harus pergi ke luar negeri dalam waktu tertentu. Menentukan negara yang akan dituju, tidak boleh sama dengan mahasiswa lain. Mengumpulkan biaya, membeli tiket pesawat, mengurus visa, dan segala tetek bengek lain, tidak boleh dibantu oleh teman, orangtua, dan keluarga. Maka beragam pengalaman pun para mahasiswa dapatkan.

        Di kelas 30 Paspor kali ini mahasiswa Pak Rhenald ditugaskan tak hanya pergi ke luar negeri, tetapi juga menjadi relawan, terlibat dalam kegiatan sosial, atau membantu siapa pun yang membutuhkan. Tujuannya, merajut perdamaian!

        Berbagai petualangan seru pun terjadi. Dikejar-kejar orang asing, kehilangan koper, bahkan salah seorang mahasiswa hampir dirampok. Berbekal teri kacang sebagai alat diplomasi, hingga tak sengaja ditemani artis terkenal di sebuah negara, semua mewarnai suka duka perjalanan mereka.

        Tugas kuliah yang awalnya ditentang banyak orang terbukti jadi ajang ?latihan terbang?. Kesasar di negeri orang telah menumbuhkan mental self driving?pribadi yang bebas, mandiri, dan bertanggung jawab dalam menentukan arah hidup sendiri.

        Revolusi diri, kesasar, dari burung dara menjadi rajawali, self driving, bertanggung jawab terhadap diri sendiri, dikupas dengan lebih jelas dalam Peluncuran Buku & Diskusi 30 Paspor The Peacekeeper?s Journey di Aula Terapung Perpustakaan Universitas Indonesia, Kampus UI Depok. Prof. Rhenald Kasali, guru besar UI yang juga pengajar mata kuliah Pemasaran Internasional yang ?memaksa? para burung dara untuk keluar sarang, hadir dalam diskusi ini.

        Begitu juga JS Khairen (penyusun buku) dan 30 mahasiswa yang kisahnya dituangkan dalam buku 30 Paspor: The Peacekeeper?s Journey. Beragam pengalaman seru, heboh, lucu, mendebarkan, mereka sampaikan dalam diskusi tersebut.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Cahyo Prayogo
        Editor: Cahyo Prayogo

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: