Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) mengembangkan program desa ternak di Desa Bringinsari, Sukorejo, Kendal, Jawa Tengah.
Pembina Program Desa Ternak Baznas Arif Fajar lewat siaran persnya kepada Antara di Jakarta, Kamis (23/3/2017), mengatakan bahwa pemilihan ternak sebagai tulang punggung program karena warga sudah terbiasa dengan budi daya ternak domba dan hampir setiap rumah memelihara jenis hewan tersebut.
Ia mengatakan bahwa konsep program tersebut menggunakan konsep pengembangan pertanian terpadu. Selain ternak, nantinya akan ada integrasi pengelolaan antara peternakan, perikanan, dan hasil olahan pertanian.
Kotoran ternak dan urine diolah menjadi pupuk pertanian, limbah pertanian bisa dijadikan pakan ternak dan pakan ikan, katanya.
Arif mengatakan bahwa program pemberdayaan masyarakat itu dilakukan dengan pemberian modal, pelatihan, pendampingan, dan jaringan pemasaran kepada warga kurang mampu di desa yang berjarak sekitar 2 jam dari kota Kendal itu.
Sebanyak 33 warga yang tergabung dalam Kelompok Tani Alif, kata dia, membudidayakan 300 ekor domba bakalan dengan fasilitas kandang dan alat produksi yang juga disediakan oleh Baznas.
"Program ini diharapkan bisa meningkatkan kesejahteraan peternak sehingga masalah pada aspek sosial lainnya akan ikut terbenahi. Pada Iduladha nanti ditargetkan domba sudah siap dijual ke pasaran untuk memenuhi kebutuhan kurban umat Islam," kata dia.
Arif mengatakan bahwa Desa Ternak merupakan bagian dari program Zakat Development (ZCD), yaitu program yang menyasar komunitas dalam pengentasan masyarakat dari kemiskinan secara komprehensif.
Pendekatan program, kata dia, mengintegrasikan aspek ekonomi dan sosial, antara lain, pendidikan, kesehatan, agama, dan lingkungan, serta aspek advokasi yang pendanaan utamanya bersumber dari zakat, infak, dan sedekah sehingga terwujud masyarakat sejahtera dan mandiri.
Pemilihan Desa Bringinsari sebagai desa binaan ZCD, kata dia, dilakukan karena angka kemiskinan di desa tersebut tergolong tinggi. Padahal, potensi ekonomi di desa itu sangat menjanjikan.
Berdasarkan data Potret Wilayah Kecamatan Sukorejo Tahun 2015, total penduduk miskin mencapai 92 persen. Sementara itu, potensi di desa tersebut merupakan populasi domba terbesar se-Kecamatan Sukorejo, singkong dan jagung terbesar di kecamatan, dan potensi alam lainnya yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi.
"Harusnya tingginya nilai potensi ekonomi dibarengi dengan tingginya kesejahteraan masyarakatnya," katanya. (Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Sucipto
Tag Terkait: