Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Facebook Luncurkan Tools Baru Deteksi Berita Hoax

        Facebook Luncurkan Tools Baru Deteksi Berita Hoax Kredit Foto: Agus Aryanto
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Facebook Inc makin berbenah diri sejak muncul kritik pedas di Amerika Serikat (AS). Kali ini raksasa teknologi itu meluncurkan tools teranyar yang betujuan mendeteksi informasi bohong di dunia maya.

        Dikutip BBC, Jumat (7/4/2017) tools yang disebut sebagai alat edukasi itu akan muncul selama beberapa hari ke depan di bagian atas news feed beserta cara bagaimana mendeteksi berita palsu dengan menyelidiki URL situs, sumber informasi, dan melaporkannya. Teknologi ini memberikan kesempatan bagi pengguna untuk berpikir kritis apakah berita tersebut adalah sebuah lelucon.

        Promosi ini digencarkan di 14 negara dan didesain untuk membantu pengguna agar lebih arif dan cerdas untuk menggunakan media sosial, khusus Facebook. Kendati, para ahli skeptis apakah langkah Facebook memberi dampak nyata. Mulai Jumat (7/4/2017) setiap pengguna yang membuka Facebook akan langsung diarahkan ke pusat bantuan, yaitu mereka akan melihat 10 tips untuk mengidentifikasi berita palsu.

        Sebelum itu, Facebook telah menjadi sorotan dan memicu kontroversi karena menjadi sarana penyebaran berita hoax, yang dinilai membantu hasil pemilihan presiden Amerika Seriakat. Menanggapi kritik tersebut, CEO Facebook, Mark Zuckerburg menyatakan bahwa 99% berita di Facebook berdasarkan fakta.?

        Google juga telah mengumumkan bahwa mereka akan melakukan tindakan pencegahan agar situs berita palsu tidak bisa lagi mengambil keuntungan dari iklan-iklan yang dipasang. Selain itu, juga sempat bertebaran isu jika Facebook memiliki software khusus, sehingga berpotensi menembus sensor pemerintah China, menurut New York Times.

        Namun, Facebook menolak memberikan konfirmasi, bahkan menyangkal keberadaan software tersebut. Menurut Facebook merespons tudingan tersebut hanyalah membuang waktu untuk memahami dan belajar lebih tentang China.

        Pada Maret 2016 lalu, CEO Facebook, Mark Zuckerburg telah melakukan pertemuan dengan kepala propaganda China, Liu Yunshan untuk membahas penggunaan internet di negeri Tirai Bambu tersebut. Asal tahu saja, Facebook dan media sosial barat lainnya, termasuk Twitter dilarang di negeri itu sejak lama. Mark telah mendekati pemimpin China agar Facebook diperbolehkan, karena negara itu memiliki jumlah pengguna internet terbesar, yakni 668 juta pengguna. Namun langkah itu tampaknya sia-sia.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Gregor Samsa
        Editor: Dewi Ispurwanti

        Bagikan Artikel: