Starbucks, melaporkan penurunan laba yang signifikan pada bisnisnya di Inggris, yang diakibatkan perlambatan ekonomi serta efek dari keputusan Brexit yang berimbas terhadap kepercayaan konsumen. Starbucks mengatakan keuntungan sebelum pajak di Inggris turun sebesar 61 persen menjadi 13,4 juta poundsterling tahun ini.
Selain itu tagihan pajak Starbucks juga berkurang dari 8,4 juta poundsterling menjadi 6,7 juta poundsterling. Akibatnya perusahaan Amerika tersebut harus menghadapi kritik keras untuk besaran pajak yang harus dibayarkan di Inggris.
"Starbucks di Inggris telah terpengaruh akibat perubahan signifikan dalam ekonomi dan kondisi geopolitik tahun ini sehingga berpengaruh pada penjualan, termasuk perlambatan pertumbuhan ekonomi. Selain dampak Brexit dan fokus terhadap keamanan memberikan kontribusi untuk melemahkan kepercayaan konsumen," kata Starbucks, seperti dikutip dari laman BBC di Jakarta, Kamis (20/4/2017).
Pada bulan November, jaringan kedai kopi tersebut melaporkan keuntungan tahunan secara global, namun hal tersebut terutama dipengaruhi kenaikan besar penjualan di Amerika. Sementara di Inggris, pertumbuhan penjualan seperti contohnya pembukaan toko baru melambat 1 persen dari level 3,8 persen di tahun sebelumnya.
Starbucks mengatakan bahwa investasi Inggris dan restrukturisasi pengeluaran juga telah mempengaruhi keuntungannya.
"Meski ada tantangan yang harus dihadapi ketika konsumen lebih berhati-hati, berkurangnya jumlah pengunjung di gerai Starbucks, dan dampak pergerakan mata uang yang merugikan, kami berinvestasi secara signifikan untuk mendorong inovasi dalam makanan serta menawarkan kopi dan sangat didorong oleh respons pelanggan," kata Presiden Starbucks di Eropa, Timur Tengah dan Afrika Martin Brok.
Perusahaan kopi raksasa asal AS itu telah mendapatkan pengurangan tagihan pajak setelah keuntungan mereka jatuh cukup dalam.
Pada tahun 2012, Starbucks mengatakan akan membayar pajak lebih signifikan setelah mendapatkan kritik keras karena dinilai terlalu rendah dalam membayar pajak. Bahkan sebelum tahun 2012, pihak perusahaan hanya membayar 8,6 juta pounds selama 14 tahun berdagang di Inggris, meskipun penjualan mereka bernilai miliaran pounds.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Gregor Samsa
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait: