Jim Mattis: Korea Utara Adalah Ancaman Nyata Bagi Keamanan Global
Menteri Pertahanan A.S. Jim Mattis mengatakan pada hari Senin (13/6/2017) bahwa program rudal dan nuklir Korea Utara yang semakin advance adalah ancaman "paling mendesak" bagi keamanan nasional dan bahwa infrastruktur tersebut dapat mengantarkan mereka meningkat dalam kecepatan dan jangkauan.
"Program senjata nuklir di rezim tersebut merupakan bahaya yang jelas dan tentunya bagi semua orang, dan tindakan provokatif rezim tersebut, yang secara nyata ilegal menurut hukum internasional, tidak mereda meskipun ada kecaman dan sanksi Perserikatan Bangsa-Bangsa," ujar Mattis dalam sebuah pernyataan tertulis kepada House Armed Services Committe, sebagaimana dikutip dari laman Reuters, di Jakarta, Selasa (13/6/2017).
"Ancaman yang paling mendesak dan berbahaya bagi perdamaian dan keamanan adalah Korea Utara," tambahnya dalam pernyataan tersebut.
"Korea Utara terus mengejar senjata nuklir dan sarana untuk mengantarkan mereka meningkat dalam kecepatan dan jangkauan," paparnya
Awal bulan ini, Dewan Keamanan U.N memperluas sanksi yang ditargetkan terhadap Korea Utara setelah tes rudal berulang yang dilakukan negara tetangga Korea Selatan tersebut, mengadopsi resolusi pertama yang disepakati oleh Amerika Serikat dan China sejak Presiden Donald Trump mulai menjabat.
Fokus A.S. di Korea Utara telah dipertajam oleh lusinan peluncuran rudal Korea Utara dan dua tes bom nuklir sejak awal tahun lalu dan oleh sumpah Pyongyang untuk mengembangkan rudal balistik antarbenua yang memiliki kekuatan nuklir yang mampu mencapai daratan A.S.
Mattis, yang berbicara sebelum panel dimulai, memperingatkan kemungkinan kerugian dalam kasus konflik dengan Korea Utara.
"Ini akan menjadi perang yang belum pernah kita lihat sebelumnya sejak 1953 dan kita harus menghadapinya dengan tingkat kekuatan apa pun yang diperlukan, Ini akan menjadi perang yang sangat sangat serius," ujar Mattis.
Perang Korea berakhir pada tahun 1953, tiga tahun setelah pertempuran dimulai dalam sebuah konflik yang dapat membunuh 140.000 warga Korea Selatan, 36.000 tentara A.S. dan 1 juta warga sipil.
Penasihat keamanan nasional Korea Selatan mengatakan pekan lalu bahwa Seoul tidak bertujuan untuk mengubah kesepakatannya mengenai penerapan sistem anti-rudal A.S. untuk melindungi dari Korea Utara, kendati ada keputusan untuk menunda pemasangan sepenuhnya.
Chung Eui-yong menyerukan keputusan untuk menunda pemasangan peluncur tersisa dari sistem Pertahanan Ketinggian Tinggi Daerah Terminal, atau THAAD, sambil menunggu tinjauan dampak lingkungannya, dan tindakan domestik untuk memastikan proses demokrasi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Hafit Yudi Suprobo
Editor: Hafit Yudi Suprobo
Tag Terkait: