PT Vale Indonesia Tbk (INCO) menyatakan hingga saat ini mengalami kesulitan untuk mendapatkan mitra strategis dalam membangun smelter Bahodopi di Sulawesi Selatan.?
Direktur Utama PT Vale Indonesia Tbk, Nico Kanter mengatakan jika hal tersebut disebabkan karena harga nikel mengalami penurunan yang cukup dalam. Penurunan harga nikel tersebut, lanjut Nico, disebabkan karena adanya keputusan pemerintah untuk membuka kembali ekspor bijih nikel. Padahal sebelumnya pemerintah sudah melarang ekspor mineral mentah pada 11 Januari 2014 untuk mendorong hilirisasi mineral di dalam negeri.?
"Hal ini menyebabkan sulitnya kami mendapatkan potensi mitra untuk berinvestasi di Bahodopi. Dengan kondisI harga seperti ini, kami harus mengutamakan keberlangsungan usaha operasi kami terlebih dahulu. Kondisi harga nikel yang rendah saat ini tidak terlepas dari dampak diterbitkannya Peraturan Pemerintah yang membolehkan ekspor bijih mentah sejak awal 2017," ujarnya, dalam keterangan resmi di Jakarta, Selasa (8/8/2017). ?
Menurutnya, inkonsistensi kebijakan hilirisasi mineral juga membuat investor malas membangun fasilitas pengolahan dan pemurnian mineral (smelter) di dalam negeri. Vale ingin berdialog dengan pemerintah untuk mencari solusi.
"Dengan diperbolehkannya kembali ekspor bijih nikel, walaupun secara terbatas, akan mengurangi insentif membangun smelter di dalam negeri karena pasokan bijih mentah menjadi tersedia di China, sehingga tidak lagi menjadi keharusan bagi para investor untuk membangun smelter di Indonesia. Oleh karena itu, kami akan terus berdialog dengan pemerintah untuk mendapatkan soluri yang terbaik," tukasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Rizka Kasila Ariyanthi
Tag Terkait: