Munculnya berita bohong, palsu atau hoax yang beredar di media sosial dipicu oleh minimnya kepercayaan masyarakat terhadap media massa.
Hal itu diungkapkan Wakil Gubernur Jawa Barat, Deddy Mizwar saat membuka Seminar Antisipasi Hoax pada Pilkada Serentak 2018 di Jabar dan Uji Kompetensi Wartawan (UKW) di Bandung, Selasa (4/12/2017).
Deddy Mizwar mengungkapkan saat ini masyarakat membutuhkan informasi yang faktual yang berasal dari nara sumber yang kredibel tapi keberadaan seglintir media mainstream terkadang menunjukan keberpihakan bahkan menyudutkan pihak tertentu.
Hal ini menyebabkan masyarakat mencari media lain yang belum tentu kredibel bahkan melakukan pencarian informasi secara individual, membuat berita sehingga munculah istulah jurnalisme warga yang semakin berkembang keberadaanya.?
"Kini masyarakat lebih suka mencari berita di media sosial dibandingkan dengan media mainstream lainnya," kata Deddy Mizwar.
Demiz sapaan Wagub Jabar Deddy Mizwar menyebutkan berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh Universitas Indonesia menunjukan penggunaan internet di tanah air meliputi untuk jejaring 87,4 persen, browsing 68,7 persen, chating (59,9 persen) dan pencarian berita (20,3 persen).
Sayangnya, lanjut Demiz media sosial mulai terkontaminasi berita hoax yang menyajikan kebohongan, fitnah, pembunuhan karakter dengan bahasa yg kasar dan sarkastik.
Untuk itu, masyarakat dihimbau untuk selektif dengan menyaring informasi dan tidak langsung menyebarluaskan beritanyang belum tentu kebenarannya.
"Masayarakat agar selalu menyeleksi informasi di tengah masifnya peredaran berita hoax di media sosial dengan tidak langsung menyebarluaskan tapi harus dicari dulu kebenarannya," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Saepulloh
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait: