Bangladesh Nyatakan Upaya Repatriasi Rohingya ke Myanmar Ditunda
Bangladesh menyatakan telah menunda upaya repatriasi pengungsi Muslim Rohingya ke Myanmar, yang akan dimulai pada hari Selasa (23/1/2018), karena proses penyusunan dan verifikasi daftar orang yang akan dikirim kembali tidak lengkap, seorang pejabat senior Bangladesh mengatakan dalam sebuah pernyataan.
Keputusan tersebut muncul saat ketegangan meningkat di kamp-kamp yang menampung ratusan ribu pengungsi, beberapa di antaranya menentang pemindahan mereka kembali ke Myanmar karena kurangnya jaminan keamanan.
Myanmar sepakat pada awal bulan ini untuk menerima pengungsi Rohingya di dua pusat penerimaan pengungsi pada sebuah kamp sementara di dekat perbatasannya dengan Bangladesh dalam periode dua tahun dimulai pada Selasa (23/1/2018). Pihak berwenang mengatakan pemulangan akan bersifat sukarela.
Namun Abul Kalam, komisaris bantuan dan rehabilitasi pengungsi Bangladesh, mengatakan pada hari Senin bahwa upaya repatriasi harus ditunda. Dirinya tidak segera memberikan tanggal baru tentang upaya repatriasi bisa dimulai.
"Ada banyak hal yang harus diselesaikan terlebih dahulu," ungkapnya melalui telepon, sebagaimana dikutip dari Reuters, Senin (22/1/2018).
"Daftar orang yang akan dikirim kembali belum disiapkan, verifikasi dan pemasangan kamp transit masih ada," ungkapnya.
Lebih dari 655.500 Muslim Rohingya melarikan diri ke Bangladesh setelah sebuah tindakan keras oleh militer Myanmar di bagian utara negara bagian Rakhine dalam menanggapi serangan militan terhadap pasukan keamananannya pada (25/8/2017) lalu. Perserikatan Bangsa-Bangsa menggambarkan operasi militer tersebut sebagai pembersihan etnis Rohingya, yang kemudian dibantah dengan keras oleh pemerintah Myanmar. Myanmar mengatakan siap untuk mengembalikan kembali pengungsi Rohingya dari Bangladesh.
"Kami siap menerima mereka begitu mereka memutuskan untuk kembali. Bagian kita, persiapannya sudah siap," Ko Ko Naing, Direktur Jenderal Kementerian Kesejahteraan Sosial, Bantuan dan Permukiman Kembali Myanmar, mengatakan kepada Reuters melalui telepon.
Dia menolak berkomentar mengenai apakah Bangladesh telah menginformasikan Myanmar mengenai penundaan tersebut. Di kamp pengungsi Palongkhali, di dekat sungai Naf yang menandai perbatasan antara kedua negara, sekelompok pemimpin Rohingya berkumpul Senin pagi dengan sebuah loudspeaker dan sebuah spanduk berisi satu set permintaan untuk kembali ke Myanmar.
Ini termasuk jaminan keamanan, pemberian kewarganegaraan dan pengakuan kelompok tersebut dalam daftar etnis minoritas Myanmar. Rohingya juga meminta agar rumah, masjid dan sekolah yang terbakar atau rusak dalam operasi militer dibangun kembali.
Pejabat angkatan darat Bangladesh tiba di tempat demonstrasi tersebut dan membubarkan kerumunan yang berjumlah 300 orang. Saksi mata mengatakan bahwa mereka melihat tentara mengambil salah satu pemimpin Rohingya yang sedang memegang spanduk. Juru bicara militer Bangladesh Rashedul Hasan mengatakan bahwa dia belum menerima informasi apapun tentang sebuah demonstrasi dari kamp-kamp pengungsian pagi ini, namun dia mengatakan bahwa dia berusaha untuk mencari tahu lebih lanjut.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Hafit Yudi Suprobo
Editor: Hafit Yudi Suprobo